Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 15 Januari 2016

TAJUK RENCANA: Teror dan Memelihara Kewaspadaan (Kompas)

Aksi teror di Jakarta yang merusak suasana aman awal tahun 2016 memberikan isyarat betapa bahaya terorisme tetap menjadi ancaman serius.

Berbagai kalangan mengapresiasi aparat keamanan yang dinilai bertindak cepat mengatasi kaum teroris yang melepaskan tembakan dan melancarkan aksi peledakan bom, termasuk dengan metode bunuh diri. Identitas otak dan pelaku serangan diharapkan segera terungkap jelas untuk menghindari spekulasi yang simpang siur.

Ibarat adegan film laga, kaum teroris sempat terlibat kontak senjata dengan aparat di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis siang. Efek demonstratifnya tinggi, bukan hanya karena berlangsung di pusat kota, melainkan juga karena mendapat publikasi luas oleh siaran televisi, radio, dan media sosial secara serempak dan seketika.

Serangan tidak hanya menimbulkan korban langsung, yang dilaporkan tujuh orang tewas, termasuk lima teroris, tetapi juga menciptakan suasana mencekam, kengerian, dan rasa takut mendalam yang menjadi tujuan utama setiap aksi teror. Sangatlah tepat desakan Presiden, Wakil Presiden, dan aparat keamanan agar masyarakat tidak takut dan panik. Kaum teroris akan semakin berani dan agresif sekiranya masyarakat menjadi takut dan panik.

Sudah sering disinggung pandangan sejumlah pakar yang menyatakan, gerakan terorisme tidak pertama-tama ditujukan kepada korban aktual, tetapi juga masyarakat luas sebagai audiens. Tak sedikit pula pakar menggunakan metafor drama untuk menjelaskan kiprah kaum teroris sebagai aktor yang menggunakan dunia sebagai panggung kegiatan dan masyarakat global sebagai audiens.

Perlu dikemukakan pula, gerakan terorisme dengan cepat merebak ke seluruh dunia sebagai dampak globalisasi. Sebagai fenomen global, banyak negara semakin direpotkan oleh ancaman terorisme. Aparat keamanan di seluruh dunia sering dibuat frustrasi karena kesulitan menghadapi ancaman serangan teroris, terutama aksi peledakan bom bunuh diri, yang sulit diantisipasi.

Tidak habis pikir pula, para pelaku serangan bom bunuh diri umumnya berusia muda. Banyak anak muda tergoda oleh bujukan untuk bergabung dalam gerakan terorisme meski tahu taruhannya jiwa raga. Sampai saat ini belum ditemukan cara efektif untuk menghentikan gerakan terorisme sebagai fenomen sejarah. Banyak kalangan dibuat tidak berdaya menghadapi ancaman terorisme yang cenderung datang tiba-tiba dan di luar dugaan.

Tidak seperti perang, termasuk perang saudara sekalipun, yang dapat diramalkan, serangan kaum teroris selalu bersifat dadakan dan cenderung tidak memilih-milih sasaran. Atas dasar itu, antisipasi dan kewaspadaan sangat diperlukan dari waktu ke waktu.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Januari 2016, di halaman 6 dengan judul "Teror dan Memelihara Kewaspadaan".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger