Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 10 Oktober 2016

DKI 2017, Kinerja dan Kepribadian (TOTO SUGIARTO)

Dadu sudah dilempar, permainan dimulai, itulah kira-kira kondisi politik Jakarta hari ini. Tiga bakal calon akan berlaga di arena Pilkada DKI 2017.

Petahana dan para penantang telah mulai menyusun strategi untuk berlaga di arena setelah dinyatakan lolos persyaratan. Publik pun sudah mulai ramai membicarakan siapa menang dan siapa kalah.

Apakah kiranya yang akan menentukan terpilih atau tidak pasangan calon? Setidaknya, Riset Indonesia melalui hasil penelitian berbasis pemberitaan yang dilakukannya mencatat dua hal yang menjadi bahan pertimbangan pemilih, yaitu kinerja dan kepribadian. Kedua hal ini merupakan dimensi dalam kriteria gubernur DKI pilihan rakyat.

Pertanyaan bahwa rakyat ingin pemimpin DKI Jakarta seperti apa ke depan mendapat jawaban dari berbagai parameterkedua dimensi yang beredar di ruang publik tersebut. Asumsinya, makin banyak dibicarakan, suatu kriteria semakin penting.

Dimensi kinerja dan kepribadian

Pada dimensi kinerja, setidaknya terdapat dua butir penting yang terangkat dari ruang publik. Pertama, setengah isi berita pada dimensi kinerja menggambarkan bahwa rakyat Jakarta menginginkan pemimpin yang mampu melakukan perbaikan ekonomi. Warga DKI menginginkan pemimpin yang mampu meningkatkan kesejahteraan warga, memperluas penyediaan lapangan kerja, dan mengendalikan kebutuhan pokok. Ekonomi menjadi variabel penting yang amat menentukan kemenangan suatu pasangan calon dalam pilkada.

Kedua, seperempat isi berita pada dimensi kinerja memperlihatkan bahwa warga Jakarta menginginkan pemimpin yang mampu mengatasi permasalahan publik. Mereka menginginkan pemimpin yang mampu menyelesaikan masalah banjir, kemacetan, memperbaiki tata ruang, dan menghilangkan kekumuhan.

Lebih dari 30 persen berita pada dimensi kepribadian menggambarkan keinginan publik akan adanya pemimpin yang pro rakyat. Berbagai parameter yang muncul pada variabel pro rakyat ini memperlihatkan bahwa warga Jakarta ingin pemimpin yang dekat dengan rakyat, peduli terhadap nasib mereka, mau mendengarkan aspirasi rakyat, mampu melayani rakyat dengan baik, dan sayang terhadap rakyat, tidak pernah merendahkan, tidak pernah menyakiti, tidak pernah merugikan rakyat kecil.

Lebih dari 15 persen berita dalam dimensi kepribadian menggambarkan warga Jakarta menginginkan gubernur yang bersih dari korupsi. Gubernur yang diinginkan warga DKI adalah sosok yang jujur dan bersih dari korupsi, anti korupsi (pro pemberantasan korupsi), dan taat pada hukum.

Lebih dari 11 persen berita pada dimensi kepribadian memperlihatkan populernya kesantunan. Warga Jakarta menginginkan gubernurnya seorang yang santun, beretika, tidak arogan, dan tidak congkak.

Jika dua dimensi di atas disatukan, diperoleh data dengan sebaran persentase sebagai berikut: pro rakyat (23,53%), mampu melakukan perbaikan ekonomi (11,76%), bersih (11,76%), santun (8,82%), mampu mengatasi permasalahan publik (5,88%), bekerja keras untuk rakyat (4,41%), membangun dengan manusiawi (4,41%), tegas (4,41%), peduli pendidikan (2,94%), pengalaman dalam pemerintahan (2,94%), kepemimpinan demokratis/tidak diktator (2,94%), dan lainnya (16,18%).

Kapasitas dan integritas

Data tersebut menggambarkan bahwa warga Jakarta menginginkan gubernur yang memiliki kinerja dan kepribadian yang baik. Munculnya dua dimensi ini mencerminkan pentingnya kapasitas dan integritas.

Berdasarkan data di atas, pasangan calon yang diyakini mampu menggabungkan integritas, seperti pro rakyat, bersih dari korupsi, santun dengan kapasitas, seperti kemampuan melakukan perbaikan ekonomi, kemampuan memperbaiki fasilitas publik, paling berpotensi memenangi kontestasi.

Terkait dengan partisipasi publik, jumlah tiga pasang calon dan beragamnya kriteria setiap pasangan membuat pilihan publik relatif lengkap dan representatif. Karena alternatif memadai dan relatif cukup representatif tersebut, partisipasi publik dalam pemilihan diprediksi akan tinggi. Dengan kata lain, golput diprediksi relatif rendah, berada di sekitar 15-30 persen.

Terkait tema kampanye, bagi pasangan Ahok-Djarot, penting untuk mengangkat semua kerja yang sudah dilakukan, seperti antisipasi banjir, kemacetan, pembangunan fasilitas umum, perbaikan pelayanan administrasi penduduk, dan penataan kota. Sementara bagi penantang harus mampu meyakinkan publik bahwa mereka mampu bekerja lebih baik daripada Ahok-Djarot serta memperlihatkan sikap santun dan manusiawi.

Akhirnya, warga Jakarta menginginkan bahwa DKI 2017 dipimpin oleh pemimpin yang memiliki kinerja dan kepribadian yang baik. Artinya, pemimpin yang diinginkan warga adalah sosok yang memiliki kapasitas dan integritas yang baik. Tidak hanya citra di atas panggung, tetapi juga aksi nyata di lapangan, begitu juga sebaliknya.

Karakteristik warga Jakarta yang berpendidikan relatif tinggi dan melek informasi menjadikan pilkada Jakarta akan diwarnai rasionalitas yang tinggi. Berbagai isu rendahan, seperti isu suku, agama, ras, dan antargolongan alias SARA tidak akan "laku" sebagai bahan "jualan" di pasar politik DKI.

Strategi kampanye boleh canggih, mesin politik partai pengusung dan pendukung boleh berputar kencang, serangan politik boleh mematikan. Akan tetapi, yang paling menentukan dalam Pilkada DKI Jakarta adalah pasangan calon itu sendiri, yakni kinerja dan kepribadiannya selama ini. Dengan kata lain, kapasitas dan integritas akan lebih menentukan daripada segalanya. Ini bukan masalah citra, melainkan rekam jejak yang telah ditorehkan selama ini.

TOTO SUGIARTO, DIREKTUR EKSEKUTIF RISET INDONESIA (RISINDO); PENGAJAR PADA UNIVERSITAS PARAMADINA

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 Oktober 2016, di halaman 7 dengan judul "DKI 2017, Kinerja dan Kepribadian".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger