Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 07 Desember 2016

Perpanjangan Paspor//Tanggapan Santa Ursula//Paket Hotel Mahal (Surat Pembaca Kompas)

Perpanjangan Paspor

Saya mengajukan secara daring permohonan perpanjangan paspor ke Ditjen Imigrasi, awal November 2016. Sesuai petunjuk, saya membayar melalui Bank BNI. Saya diminta datang untuk wawancara dan foto, 7 November 2016 pukul 08.00-10.00, di Kantor Imigrasi Jakarta Selatan.

Saat datang pada hari yang ditentukan, kami sekeluarga diminta "antre" untuk mendapatkan nomor antrean urusan selanjutnya. Kami juga harus menyiapkan fotokopi dokumen paspor lama, KTP, KK, surat nikah, dan sebagainya. Saat itu, antrean sudah sekitar 150 orang. Kami para pemohon harus sabar menunggu berjam-jam.

Setelah selesai, semua pemohon diminta mengambil paspor dalam waktu tiga hari. Untuk itu, saya harus mengantre lagi dan urusan pun berlangsung berjam-jam. Tempat parkir terbatas juga adalah sumber masalah lain.

Apa artinya daring kalau pelayanan masih kuno seperti bertahun-tahun lalu? Sebagai informasi, saya berurusan dengan kantor ini sejak 1987. Katanya sistem komputerisasi sesuai teknologi abad ke -21, kenapa setiap kali perpanjangan paspor harus membawa lagi fotokopi dokumen? Tidak mengherankan jika muncul calo yang menawarkan pelayanan satu hari dengan tarif Rp 800.000.

Di Amerika Serikat, perpanjangan paspor bisa dilakukan di kantor pos terdekat dan selesai lebih kurang dalam waktu 25 menit. Di Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta, urusan visa juga beres setelah menghadap satu kali, cukup 30 menit. Paspor dengan visa kemudian dikirim ke alamat rumah dalam tiga hari tanpa biaya tambahan.

Pelayanan publik di Indonesia tampaknya perlu reformasi total dan semoga masukan ini ada manfaatnya.

H MUHAMMAD JUSUF

Cipete, Jakarta Selatan

Tanggapan Santa Ursula

Menanggapi surat Sdr Phi Ing yang berjudul "Uang Belum Balik" di Kompas(Kamis, 1/12), kami informasikan hal-hal berikut.

Pertama, saat putrinya diterima menjadi calon peserta didik SMA Santa Ursula BSD, pada 30 Januari 2016, orangtua calon peserta didik Janice Alesandrina telah menandatangani surat pernyataan bertulis tangan di atas kertas bermeterai. Salah satu pernyataannya adalah uang sumbangan yang sudah dibayarkan tidak dapat dikembalikan.

Kedua, berdasarkan diskusi antara pihak Santa Ursula BSD (yang diwakili oleh Koordinator Kampus Santa Ursula BSD dan Kepala SMP Santa Ursula BSD) dan pihak orangtua calon peserta didik (disaksikan oleh pendampingnya) pada 15 Maret 2016 diputuskan bahwa orangtua calon peserta didik tidak perlu membayar sisa uang sumbangan (50 persen dari total). Pihak Santa Ursula BSD menganggap orangtua telah melunasi uang sumbangan tersebut.

Ketiga, Janice Alesandrina yang sudah diterima di SMA Santa Ursula BSD tercatat sebagai peserta didik kelas X-E tahun pelajaran 2016-2017 dengan nomor absen 18.

Keempat, sampai minggu kedua tahun pelajaran 2016-2017 dimulai, calon peserta didik tersebut tidak pernah hadir di SMA Santa Ursula BSD tanpa informasi apa pun. Belakangan diketahui, calon peserta didik telah bersekolah di tempat lain.

Semua bukti informasi di atas kami simpan dengan baik. Dengan demikian, pihak SMA Santa Ursula BSD tidak pernah menyuruh keluar calon peserta didik yang diterima. Pihak sekolah juga tidak mencatat adanya kesepakatan mengembalikan uang sumbangan yang telah dibayarkan.

SR FRANCESCO MARIANTI OSU

Koordinator Kampus Santa Ursula BSD

Paket Hotel Mahal

Awalnya saya ditelepon pihak Accor Vacation Club, diberi paket murah menginap di salah satu hotel di Bali Rp 900.000 untuk dua malam. Syaratnya mengikuti sesi presentasi 2 jam.

Singkat cerita, saya pun menjadi anggota Accor Vacation Club. Ketika akan memesan hotel di salah satu jaringan Accor di Bali, ternyata harga di booking.com, Agoda, Nusatrip, jauh lebih murah daripada menjadi anggota.

Setiap kali komplain, saya selalu mendapat jawaban, "Anda tidak mengerti sistem kami."

Saya kecewa dan amat dirugikan dengan bergabung di Accor Vacation Club. Saya sudah membayar Rp 52,5 juta dari uang muka Rp 175 juta. Ini masih ditambah uang perawatan per tahun selama 21 tahun, lebih kurang Rp 9,8 juta dan biaya tersebut naik 5 persen per tahun.

Total sebagai anggota selama 21 tahun, saya harus membayar lebih kurang Rp 400 juta.

FRANSISCO

Grand Puri Alamanda Bbk Timur, Mataram

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Desember 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger