Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 11 Januari 2017

TAJUK RENCAN: Iran Kehilangan ”Pilar Pragmatisme” (Kompas)

Iran kehilangan "pilar pragma- tisme" setelah Ali Akbar Hashemi Rafsanjani (82) meninggal pada Minggu lalu karena serangan jantung.

Rafsanjani adalah salah seorang tokoh besar Iran. Ia sering disebut sebagai arsitek dan power-broker utama Revolusi Islam 1979. Keberhasilannya menjabat sebagai presiden selama dua periode (1989-1997) menegaskan kebesaran namanya, ketokohan dia, dan karena itu rakyat Iran menerimanya.

Banyak catatan besar ditorehkan Rafsanjani, yang pernah menjadi panglima tertinggi angkatan bersenjata Iran di pengujung perang Irak-Iran. Sosok Rafsanjani pula yang memainkan peran penting dalam menerima resolusi DK PBB, yakni resolusi yang mengakhiri perang yang berlangsung pada 1980-1988 itu.

Catatan tebal yang telah dibuatnya dan sulit dihapus adalah perannya menghentikan dominasi ekstremisme. Meski memainkan peran sangat penting dalam Revolusi Iran 1979, Rafsanjani yang berpikiran terbuka memiliki visi jauh ke depan tentang masa depan Iran setelah revolusi. Iran, dalam pandangannya, bukanlah sebuah negara yang menutup diri, melainkan harus bergaul dengan dunia luar demi kesejahteraan rakyat.

Sebagai presiden, Rafsanjani membuka Iran untuk kemajuan ekonomi dan membangun persahabatan dengan negara lain, termasuk Barat. Sebuah langkah yang tidak dikehendaki kaum konservatif dan radikal. Rafsanjani pula yang membuka pintu bagi pelaksanaan program keluarga berencana di Iran dengan menggunakan alat kontrasepsi. Ia juga menempatkan perempuan di tempat terhormat, terkemuka, termasuk di lapangan kerja.

Kebijakan-kebijakan tersebut ditentang keras kelompok garis keras. Namun, ia tetap jalan terus. Karena itu, Rafsanjani yang pernah menjadi Ketua Parlemen muncul sebagai pusat graviti kelompok modernis dan reformis. Bahkan, Adnan Tabatabai, analis Iran dan Kepala Center for Applied Research in Partnership with the Orient (CARPO), tangki-pemikir di Bonn, Jerman, menyatakan, "Daya tarik politik Rafsanjani melampaui faksi-faksi politik." Karena itu, posisinya lebih solid dibandingkan reformis lain di Iran.

Dialah tokoh yang mendukung program nuklir Iran dan kemudian mendukung perundingan penghentian program nuklir itu. Rafsanjani pula yang menjadi arsitek kemenangan Hassan Rouhani dalam pemilu presiden 2013 dengan mengalahkan kandidat dari garis keras.

Tidak berlebihan kalau disebut bahwa Rafsanjani mewakili wajah rasional Republik Islam Iran, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Karena itu, kematiannya tidak hanya menjadi pukulan bagi kaum reformis, modernis, dan Rouhani yang akan bertarung lagi pada Mei mendatang, tetapi juga pukulan bagi Iran.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Januari 2017, di halaman 6 dengan judul "Iran Kehilangan "Pilar Pragmatisme"".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger