Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 05 Januari 2017

TAJUK RENCANA: Kapal Induk Tiongkok di LTS (Kompas)

Menggelar latihan militer bagi tiap negara merupakan hal yang sah dan normal. Namun, ketika latihan berlangsung di wilayah sengketa, beragamlah tafsirnya.

Itulah yang terjadi ketika Tiongkok mengirimkan kapal induk satu-satunya yang dimiliki berlatih di Laut Tiongkok Selatan (LTS) yang dipersengketakan antara Tiongkok yang mengklaim wilayah ini dan sejumlah negara lain, yakni Brunei, Filipina, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam.

Tentang latihannya, setelah membeli dan membangun kembali kapal induk eks Uni Soviet ini, Tiongkok yang baru pertama kali memiliki kapal induk perlu latihan mengoperasikannya. Yang dilatih antara lain cara pesawat tempur bisa mendarat dan lepas landas dari landasan pendek di kapal induk.

Juga cara mengoperasikan kapal yang dikenal sebagai alat proyeksi kekuatan ini di laut lepas. Untuk pesawat tempur, Tiongkok menggunakan tipe J-15 yang diberi julukan "Hiu Terbang" dan dikembangkan dari pesawat segala cuaca untuk kapal induk buatan Sukhoi, yakni Su-33.

Berbeda dengan pelayaran kapal induk Liaoning sebelumnya yang untuk uji coba, Liaoning yang sekarang berstatus siap tempur. Meski AL Tiongkok menyebut latihan kali ini untuk memahami kondisi LTS, yang dinilai lebih menantang dibandingkan Laut Bohai, Laut Kuning, dan Laut (Tiongkok) Timur, latihan kali ini lebih serius karena penembakan sudah menggunakan amunisi hidup.

Selain itu, latihan berlangsung tidak lama setelah Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menolak mengakui konsensus tahun 1992 tentang One China dan juga setelah ia berbicara melalui telepon dengan presiden terpilih AS, Donald Trump, tidak lama setelah kemenangannya.

Di sini kita melihat, latihan militer Tiongkok dengan kapal induk di LTS berdimensi politik, lebih dari sekadar meningkatkan keterampilan teknis pilot tempurnya. Tiongkok ingin memamerkan kekuatan, khususnya kemampuannya dalam memproyeksikan kekuatan. Pameran kekuatan ini dimanifestasikan dengan patroli di Pasifik Barat yang tidak jauh dari Okinawa di Jepang dan Taiwan.

Masuk akal jika Jepang, Taiwan, dan negara pengeklaim wilayah di LTS menyimak dengan saksama, mungkin disertai kekhawatiran melihat pamer kemampuan militer baru Tiongkok. Meski Tiongkok menyebut latihan kali ini merupakan hal biasa (rutin), Taiwan menyebutnya sebagai bagian dari peningkatan ancaman dari Daratan (RRC).

Meski pengoperasian kapal induk Tiongkok baru pada tahap dini dibandingkan dengan AS, kita melihat waktu demi waktu ketegangan di LTS semakin ditopang oleh kehadiran kemampuan militer yang semakin canggih.

Situasi ini akan terus meningkatkan akuisisi alat utama sistem persenjataan di antara negara yang bersengketa di LTS dan meningkatnya aktivitas bersenjata di LTS berpotensi meletupkan insiden bersenjata satu hari nanti.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Januari 2017, di halaman 6 dengan judul "Kapal Induk Tiongkok di LTS".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger