Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 06 Januari 2017

TAJUK RENCANA: Pemberontak dan Ketegasan Duterte (Kompas)

Sikap tegas Presiden Rodrigo Duterte belum mengurangi aksi kekerasan oleh sejumlah kelom- pok pemberontak di wilayah selatan Filipina.

Rabu (4/1), sekitar 100 orang bersenjata yang diduga anggota kelompok pemberontak menyerbu penjara di Cotabato, Mindanao, Filipina selatan. Akibatnya, lebih dari 150 narapidana lepas, yang sebagian di antaranya merupakan anggota kelompok militan.

Tak lama setelah kejadian, dilaporkan dua narapidana yang lari kembali tertangkap dan enam lainnya ditembak mati. Penjabat sipir penjara Provinsi Cotabato, Peter John Bongngat Jr, menyatakan, ada laporan intelijen bahwa Bangsamoro Islamic Freedom Fighters (BIFF) akan melakukan serangan ke penjara pada awal tahun.

"Kami menerima laporan intelijen pada 30 Desember 2016. Kami sudah menggelar pertemuan dengan polisi bersama tentara," ujarnya.

Tak heran ketika peristiwa penyerbuan, sempat terjadi tembak-menembak cukup lama antara pasukan pemerintah dan penyerbu. Bongngat Jr memastikan, sebagian besar yang lari dari penjara adalah anggota BIFF, organisasi pecahan dari Front Pembebasan Islam Moro (MILF). Sampai kemarin siang, sudah 21 narapidana ditangkap kembali oleh aparat keamanan Filipina.

Penyerbuan penjara Rabu lalu adalah kejadian ketiga dan terbesar di Cotabato Utara dalam 10 tahun terakhir. Lebih dari 40 narapidana pada 2007 bebas setelah tiga bom meledak di penjara. Pada Agustus 2016, kelompok Muslim radikal dibantu anggota Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) membebaskan 23 tahanan di penjara Marawi, Mindanao.

MILF dan Pemerintah Filipina sedang terlibat pembicaraan damai. Sayangnya, kelompok pemberontak di selatan ini terpecah menjadi beberapa grup yang sebagian di antaranya menolak untuk terlibat.

Sebagai seorang asli Mindano dan Wali Kota Davao selama 22 tahun, Duterte tahu siapa MILF. Dialah kandidat presiden yang berkunjung ke markas MILF. Kemenangannya disambut antusias oleh pemimpin MILF. "Dia benar-benar anak Mindanao," ujar Murad, pemimpin MILF.

Namun, optimisme itu segera menghilang. Penasihat Duterte memberi alarm akan bahaya MILF. Apalagi, Duterte memilih Jes Duereza, orang yang sangat tidak dipercaya oleh MILF. Namun, Duterte juga membuka jalur pembicaraan dengan sejumlah kelompok tersebut. Sejak Agustus 2016, terjadi pembicaraan kedua pihak di Kuala Lumpur, Malaysia.

Terjadinya kekerasan di Filipina selatan kemarin menunjukkan upaya Duterte belum berhasil. Agaknya, sikap keras dan tegas Duterte terhadap penjahat narkoba tidak mengendurkan pemberontak itu untuk terus bertindak.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 Januari 2017, di halaman 6 dengan judul "Pemberontak dan Ketegasan Duterte".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger