Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 12 Januari 2017

TAJUK RENCANA: Politik Luar Negeri yang Berkarakter (Kompas)

Salah satu definisi menjelaskan bahwa politik luar negeri adalah kepanjangan tangan dari politik dalam negeri suatu negara pada suatu masa.

Dengan demikian, politik luar negeri dapat diartikan sebagai kebijakan—dalam hal ini tentu kebijakan luar negeri yang mencakup bidang politik, ekonomi, budaya, dan bidang lain—sikap, dan tingkah pemerintahan suatu negara dalam melakukan hubungan dengan negara lain, organisasi internasional, dan badan-badan hukum internasional.

Biasanya politik luar negeri (kebijakan luar negeri) suatu negara dipengaruhi minimal oleh tiga faktor, yakni faktor politik dalam negeri, faktor kemampuan ekonomi dan militer, serta faktor lingkungan internasional. Kesemuanya itu ditujukan untuk kepentingan nasional.

Tentu, pelaksanaan kebijakan luar negeri untuk kepentingan nasional itu didasarkan pada visi dan misi pemerintahan Presiden Joko Widodo. Dari visi dan misi Joko Widodo tergambar kebijakan utama luar negeri, yakni kerja sama maritim, Indonesia sebagai middle power, regionalism beyond ASEAN, dan penguatan infrastruktur diplomasi. Secara tematik, perlindungan TKI, diplomasi publik, diplomasi ekonomi, dan Palestina merupakan, katakanlah, program unggulan Presiden Joko Widodo.

Pernyataan pers tahun 2017, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi memberikan gambaran tentang usaha (dan capaiannya) akan visi dan misi kebijakan luar negeri itu. Kita mengapresiasi capaian-capaian pelaksanaan politik luar negeri sepanjang tahun 2016. Meskipun, tentu masih perlu ada penajaman-penajaman di bidang-bidang tertentu, dan pemfokusan pada bidang yang akan memberikan keuntungan besar bagi kepentingan nasional kita, memberikan kebanggaan nasional, sekaligus menunjukkan harga diri kita sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat penuh, serta berbudaya.

Fokus diplomasi RI 2017—ada 14 butir—yang mencakup banyak bidang, kiranya perlu dibuat urutan prioritas, ada semacam lingkaran konsentris target dan sasaran dengan Indonesia sebagai pusat lingkaran konsentris. Misalnya, ASEAN—yang dikatakan sebagai pilar politik luar negeri Indonesia—menjadi wilayah paling dekat dalam lingkaran konsentris sehingga menjadi target utama.

Hal tersebut penting. Apalagi, diperkirakan pada masa depan dunia akan semakin suram dengan berbagai macam gejolak karena konflik—konflik antarnegara dan internal— dan kemerosotan antara lain ekonomi dunia.

Indonesia tentu akan terdampak, tidak bisa menghindar dari kondisi tersebut. Dengan kata lain, Indonesia harus siap untuk menghadapinya. Karena itu, dibutuhkan gaya diplomasi yang lebih asertif, yang lebih berkarakter dengan inisiatif-inisiatif baru yang dilandasi semangat revolusi mental yang dicanangkan dan digelorakan Presiden.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Januari 2017, di halaman 6 dengan judul "Politik Luar Negeri yang Berkarakter".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger