Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 07 Februari 2017

TAJUK RENCANA: Harapan pada Macron (Kompas)

Persoalan utama dalam Pemilu Perancis, April-Mei 2017, adalah siapa yang bisa mengalahkan tokoh ekstrem kanan Perancis, Marine Le Pen.

Alasannya, jika Le Pen menang, Uni Eropa akan mengalami masa kegelapan karena Le Pen yang xenofobia sangat anti Uni Eropa (UE). Mantan Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso ketika datang ke Jakarta akhir Januari lalu mengatakan, UE boleh kehilangan Inggris, tetapi jangan sampai Perancis. Tanpa Perancis, UE tidak akan eksis.

Jelas betapa pentingnya pemilu Perancis mendatang, bukan saja bagi keutuhan Uni Eropa, melainkan juga bagi dunia yang saat ini dilanda kecemasan dengan kebijakan- kebijakan populis Presiden AS Donald Trump. Sampai Januari lalu, mayoritas rakyat Perancis yakin kandidat dari Partai Republik, Francois Fillon, akan mengalahkan Le Pen seandainya keduanya bertemu di putaran final.

Fillon yang konservatif, tegas terhadap kebijakan migran, tetapi cukup liberal terhadap kebijakan ekonomi, menjadi tokoh yang "menyatukan" berbagai aspirasi warga Perancis. Namun, dalam sepekan terakhir, popularitas Fillon terus melorot karena diterpa skandal korupsi yang melibatkan istri dan anaknya.

Muncullah sosok Emmanuel Macron (39) yang mewakili kubu independen. Tokoh muda ini pernah menjadi menteri di kabinet Francois Hollande, tetapi mengundurkan diri tahun lalu. Macron bukanlah anggota Partai Sosialis sehingga ia menolak ketika ditawari ikut dalam pemilu awal kubu Sosialis. Pilihan ini jitu, sebab sebagai kandidat independen, ia bisa lepas dari bayang-bayang partai-partai arus utama Perancis, dan yang terpenting, terhindar dari cap gagal pemerintahan Hollande.

Yang juga melegakan, Macron merupakan sosok pro Eropa dan pro kesetaraan. Dalam kampanyenya yang selalu menarik kerumunan penggemar, Macron selalu mengingatkan rakyat Perancis terhadap semboyan negara, yaitu liberte, egalite, fraternite(kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan). Macron yakin slogan-slogan xenofobia Le Pen justru akan mengucilkan posisi Perancis.

Seandainya saja pemilu Perancis dilaksanakan hari ini, Le Pen, Fillon, dan Macron dipastikan masuk dalam "tiga besar". Bahkan, sepekan ini, Macron selalu unggul dalam berbagai jajak pendapat. Tentu saja ini bukan jaminan, karena sejumlah jajak pendapat pun luput meramalkan kemenangan Donald Trump ataupun Brexit.

Namun, setidaknya, salah satu dari Fillon atau Macron akan masuk ke putaran final pemilu untuk menghadapi Le Pen. Bahkan, tak tertutup kemungkinan keduanya bertemu di putaran kedua, dan Le Pen tereliminasi di putaran pertama.

Kita hanya berharap Perancis bisa memiliki presiden yang visinya bisa memperkuat dan membentengi Eropa dengan prinsip-prinsip kemanusiaan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Februari 2017, di halaman 6 dengan judul "Harapan pada Macron".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger