Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 24 Februari 2017

TAJUK RENCANA: Ketika Imigran Diburu (Kompas)

Presiden AS Donald Trump mengeluarkan perintah baru yang tidak bersahabat, yaitu mengusir semua imigran ilegal yang ada di AS.

Saat ini ada sekitar 11 juta imigran ilegal di AS yang mayoritas berasal dari negara tetangga Meksiko dan Amerika Tengah. Pemerintahan Barack Obama berupaya mencari jalan keluar yang manusiawi untuk menyelesaikan persoalan ini dengan cara mendorong agar para migran ini menjadi legal dengan mengikuti aturan yang berlaku. Kebijakan itu didasari pada pertimbangan bahwa bagaimana pun para imigran ini telah ikut andil dalam menggelindingkan roda perekonomian melalui berbagai macam jenis pekerjaan yang tersedia. Pemerintahan Obama, misalnya, hanya mendeportasi imigran yang melakukan kejahatan.

Namun, Trump yang sejak kampanye terus menjual retorika tentang "mereka dan kita" serta menyalahkan dampak globalisasi pada kaum pendatang, membuat keputusan yang drastis: Semua imigran ilegal di AS harus diusir. Kebijakan itu dibungkus dalam sebuah cita-cita patriotik, "Make America great again". Alhasil, para imigran ilegal itu kini diburu, diborgol, dipenjara, dan dideportasi. Dalam perburuan sekitar dua pekan, sekitar 500 orang ditangkap.

Perintah penangkapan imigran ini bertepatan dengan keluarnya laporan tahunan Amnesty International yang bertajuk "The State of the World's Human Rights". Pada intinya laporan itu mengkritisi dunia yang semakin tidak humanis dengan semakin bertambahnya pemimpin-pemimpin yang populis dan xenofobia. Ujungnya adalah sebuah dunia yang semakin tidak menghargai harkat manusia dan tidak menghormati hak asasi manusia.

Donald Trump adalah salah satu nama yang disebut sebagai pemimpin negara yang memiliki agenda "beracun". Trump memperoleh penekanan khusus dalam laporan itu. Tak mengherankan karena dia merupakan pemimpin dari negara adidaya yang selama ini menggembar-gemborkan dirinya sebagai polisi demokrasi dan HAM di dunia. Bagi Amnesty International, Trump, Duterte, Erdogan, dan Viktor Orban, telah menjadikan dunia penuh ujaran kebencian, rasis, dan terbelah.

Terlepas setuju atau tidak atas laporan itu, suasana yang penuh kecurigaan dan kecemasan telah merasuki sebagian warga dunia akibat berbagai kebijakan kontroversial yang keluar dari para pemimpin yang kontroversial.

Kita hanya bisa berharap warga Eropa dan negara-negara lain yang akan melaksanakan pemilihan umum pada tahun ini berpedoman pada akal sehat untuk memilih pemimpin yang visinya melampaui kepentingan negaranya dan bertumpu pada nilai-nilai humanisme universal.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Februari 2017, di halaman 6 dengan judul "Ketika Imigran Diburu".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger