Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 22 Februari 2017

TAJUK RENCANA: Konflik Seharusnya Bisa Dihindarkan (Kompas)

Tewasnya seorang pria warga Korea Utara yang diduga adalah Kim Jong Nam di Malaysia berbuntut panjang. Hubungan kedua negara itu memburuk.

Kim diduga diracun di Bandara Internasional Kuala Lumpur, awal pekan lalu, dan tewas dalam perjalanan ke rumah sakit. Polis Diraja Malaysia telah menahan empat tersangka, masing-masing warga negara Malaysia, Korut, Vietnam, dan Indonesia. Polisi mencari empat warga Korut lain yang diduga terlibat pembunuhan tersebut.

Kasus ini menarik perhatian karena Kim Jong Nam adalah putra tertua mendiang pemimpin Korut Kim Jong Il dan kakak tiri pemimpin Korut saat ini, Kim Jong Un. Korea Selatan langsung menuduh Korut berada di balik peristiwa ini dan menyebutnya kekejaman terhadap kemanusiaan dan aksi teroris.

Polisi Malaysia hingga kemarin belum bisa memastikan penyebab kematian. Mereka juga meminta keluarga terdekat korban datang ke Malaysia untuk menjalani tes DNA dan memastikan identitas korban. Namun, Duta Besar Korut untuk Malaysia Kang Chol bereaksi keras dan menyebut investigasi polisi Malaysia bermotif politik.

Dia menuntut jenazah dikembalikan ke Korut dan pemerintahnya dilibatkan dalam penyelidikan. Otopsi dinilai mencurigakan karena setelah sepekan penyebab kematian belum diketahui. Kang Chol juga mengatakan tak percaya pada proses penyelidikan. Belakangan, Kedubes Korut menyatakan keraguan bahwa korban adalah Kim Jong Nam. Mereka mengkritik otoritas Malaysia yang mensyaratkan kehadiran keluarga dekat korban sebelum jenazah bisa dibawa pulang.

Wajar jika pernyataan keras Kang Chol membuat berang. Perdana Menteri Malaysia Najib Razak menyebut pernyataan itu kasar dan tak diperlukan. Kementerian Luar Negeri Malaysia pun memanggil pulang Dubes Mohamad Nizan Mohamad dari Pyongyang.

Hubungan Malaysia dan Korut terbilang cukup dekat sejak Malaysia membuka kedutaan besar di Pyongyang pada 2003. Bahkan, Malaysia menjadi negara pertama yang warganya dibebaskan dari visa masuk ke Korut sejak 2009 untuk mendorong pariwisata negeri itu.

Melihat kedekatan kedua negara, menjadi pertanyaan mengapa Korut ngotot tidak mengakui penyelidikan yang dilakukan Malaysia. Sikap Korut seolah menegaskan tuduhan Korsel dan dugaan komunitas internasional bahwa Pemerintah Korut bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut dan tidak ingin kasus tersebut terbongkar.

Malaysia bertanggung jawab untuk menyelidiki kasus ini karena pembunuhan itu terjadi di Malaysia. Akan lebih baik apabila Korut menghormati otoritas Malaysia untuk menginvestigasi kasus tersebut, termasuk dengan memfasilitasi kedatangan keluarga terdekat korban ke Kuala Lumpur untuk mempercepat identifikasi korban.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Februari 2017, di halaman 6 dengan judul "Konflik Seharusnya Bisa Dihindarkan".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger