Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 07 Februari 2017

TAJUK RENCANA: Menanggulangi Virus ”Hoax” (Kompas)

Informasi bohong atau hoax bukan sekadar wacana, melainkan juga terus memecah belah dan memakan korban. Semua pihak harus bangkit melawannya.

Dari satu sisi, sebagian memandang "apa masih ada artinya mengangkat wacana‎ hoax"? Ini karena fenomenanya semakin viral di era media sosial. Teknologi mengakomodasi aktivitas hoax, dan sebagian seperti mendapatkan alat untuk menyebarluaskannya.

Akan tetapi, apakah kita lalu menyerah, pasrah, dan tak berinisiatif lagi untuk melawannya? Keliru jika itu yang kita pilih karena risiko makin besar dan tanda awalnya sudah di depan mata. Kalau disebut "hoax memecah belah bangsa", itu terdengar seperti berlebihan. Namun, coba kita baca lagi feature di harian ini, Senin (6/2).

Akibat hoax di media sosial, rumah dan barang-barang Suparman dan 149 warga lainnya di Blok Bojong, Desa Curug, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, hancur diserang pihak yang termakan hoax.

Kita ingin mengekstrapolasikan kejadian di Desa Curug ke lingkup luas. Apa jadinya jika hoax juga "dimainkan" di panggung kontestasi politik yang di sana-sini rentan konflik? Ada kemungkinan ‎hoax bisa memicu kekacauan dalam skala lebih besar.

Dalam konteks inilah kita ingin meminta perhatian semua pihak untuk lebih tergerak bersama-sama mencari jalan memerangi hoax. Hukum yang ada perlu diterapkan lebih keras. Akan tetapi, "menegakkan" sering berkonotasi post-factum atau setelah satu peristiwa terjadi.

Cara lain yang bisa kita pikirkan adalah membangun kultur anti-hoax. Mungkinkah? Ya, harus kita upayakan.

Kejadian di Desa Curug juga menyiratkan, pemanfaatan internet dan media sosial kini bahkan sudah merambah ke wilayah perdesaan. Satu hal yang bisa diperkirakan adalah boleh jadi teknologi menyebar luas lebih cepat daripada kearifan para penggunanya. Akibatnya, bereaksi dan bertindak lebih dahulu, mengecek kebenaran kemudian.

Dalam Blur, buku yang ditulis pakar jurnalisme Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, kita mendapat kaveat tentang bagaimana mengetahui kebenaran di era banjir informasi. Jadi, banjir informasi saja—tanpa informasi tersebut dimanipulasi—sesungguhnya sudah membuat orang bingung. Apalagi jika informasi dipalsukan, pasti bertambahlah kebingungan itu.

Dalam hal ini, tugas kita adalah menanamkan pada masyarakat paham dan kultur informasi benar. Masyarakat harus merasa butuh menguji informasi yang diterimanya.

Untuk ini mungkin diperlukan program penyuluhan tentang menangani atau merespons informasi. Tentu ada cara lain, tetapi yang jelas kita perlu segera menangani masalah hoax ini.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Februari 2017, di halaman 6 dengan judul "Menanggulangi Virus "Hoax"".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger