Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 18 Maret 2017

Bangsa Kehilangan Tokoh (Kompas)

Berpulangnya KH Hasyim Muzadi, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, merupakan kehilangan besar bagi bangsa ini.

Guru kebinekaan bangsa meninggalkan kita semua Kamis, 16 Maret 2017, di Malang, Jawa Timur, dan dimakamkan di kompleks Pondok Pesantren Al-Hikam, Depok, Jawa Barat. Sejak kabar kepergian KH Hasyim tersiar pagi hari, media sosial riuh. Para netizen, termasuk para tokoh politik, mengucapkan belasungkawa dan dukacita serta kesedihan atas kepergian KH Hasyim.

Pemakaman anggota Dewan Pertimbangan Presiden (19 Januari 2015-16 Maret 2017) ini dilakukan dengan upacara militer. Presiden Joko Widodo menyebut KH Hasyim Muzadi adalah putra terbaik bangsa dan sekaligus guru kebinekaan bangsa. Uskup Malang Mgr Henricus Pidyarto Gunawan O Carm mengungkapkan rasa kehilangan atas tokoh yang terus menganjurkan toleransi dan kerukunan antar-umat beragama tersebut.

Bangsa ini kehilangan tokoh bangsa yang komitmennya pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang majemuk tidak pernah diragukan. Dalam kiprahnya, sebagaimana dikutip Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, KH Hasyim memperjuangkan Islam yangrahmatan lil alamin, Islam yang menyemai rasa damai, kesejukan, dan cinta kasih, bukan yang menggunakan kekerasan (Kompas, 17/3).

Satu per satu tokoh bangsa pergi meninggalkan kita semua. Cendekiawan Nurcholish Madjid yang berpulang tahun 2005, kemudian presiden ke-4 dan juga mantan Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama KH Abdurrahman Wahid yang berpulang pada 30 Desember 2009, dan kini KH Hasyim Muzadi. Bangsa ini seperti merasakan kehampaan dengan berpulangnya tokoh moderat yang selama ini berperan sebagai jangkar moral bangsa.

Lingkup pergaulan KH Hasyim luas dan tidak terbatas di lingkungan sosial kulturalnya. KH Hasyim dikenal dekat dengan tokoh lintas agama karena KH Hasyim menghayati Islam sebagai rahmat untuk semesta alam, rahmatan lil alamin. Ceramahnya yang menyejukkan, meskipun pesannya keras, membuat bangsa ini tetap adem.

KH Hasyim pernah menjadi calon wapres mendampingi calon presiden Megawati Soekarnoputri dalam Pemilu Presiden 2004. Pesan KH Hasyim untuk tetap menjaga persaudaraan antar-sesama manusia menunjukkan komitmennya terhadap toleransi dan NKRI. Pesan itulah yang harus terus disemai dan dibumikan di bumi Indonesia, yang sedang menghadapi keretakan relasi sosial yang mendalam. Bangsa ini butuh jangkar moral dan perekat solidaritas baru sepeninggal KH Hasyim.

Selamat jalan KH Hasyim Muzadi.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Maret 2017, di halaman 6 dengan judul "Bangsa Kehilangan Tokoh".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger