Cari Blog Ini

Bidvertiser

Minggu, 12 Maret 2017

Video Hoaks Bapak Sosiologi//Perum Peruri Tidak Mencetak KTP-el//Konfirmasi Sejarah (Surat Kepada Redaksi Kompas)

Video Hoaks Bapak Sosiologi

Saya selaku menantu almarhum Prof Dr Selo Soemardjan ingin menginformasikan kepada masyarakat tentang tayangan video hoaks di Youtube yang memuat gambar Selo Soemardjan, sosiolog, mengenakan pakaian tradisional Jawa dan seolah tengah mengemukakan suatu prediksi. Ayah mertua saya sudah lama meninggal, tidak mungkin terkait dengan kegaduhan masa kini.

Video tersebut disertai catatan berjudul "Ramalan Akhir Kasus Ahok Menurut Bapak Sosiologis Indonesia Akan Jadi Begini" dengan uraian yang katanya sosiologis metafisis dan menghasilkan dua skenario pokok. Katanya lagi, ini dipublikasikan melalui Google oleh TV rakyat, tertanggal 14 Februari 2017, dengan viewers di atas 40.000, dan dinyatakan tidak bisa dikomentari. Isinya provokatif berbau agama.

Tayangan video di atas ini diikuti tayangan lain, memuat sebagian besar dari kalimat-kalimat pada tayangan di atas, yang seakan dikemukakan oleh seorang tua yang duduk di atas kursi roda dan memegang sebuah buku. Tidak jelas siapa orang itu, tetapi bukan wajah Pak Selo.

Saya tidak tahu apa niat dan tujuan pembuat kedua tayangan di atas. Hanya saja, karena hal ini dapat memengaruhi cara berpikir orang banyak, dan terutama membawa-bawa nama baik mertua saya—tanpa seizin dan sepengetahuan keluarga besar almarhum—saya hendak mengungkapkan beberapa hal berikut ini.

Pak Selo tidak mungkin menyatakan hal-hal yang diutarakan di atas karena beliau telah lama meninggal. Kami tidak rela nama beliau dikait-kaitkan dengan kegaduhan yang kini tengah berlangsung di negeri kita.

Kalaupun beliau masih hidup, sebagai seorang ilmuwan sosial yang sangat berhati-hati, beliau tidak akan bersedia secara terbuka mengungkapkan "analisis metafisis" (entah apa maksudnya) dan "prediksi" seperti di atas. Suatu hal yang dapat memperuncing kehidupan bersama dan memancing kegaduhan yang pasti tidak beliau inginkan.

Almarhum adalah orang yang sangat mencintai negeri ini dan tidak ingin melihat bangsa Indonesia terpecah belah.

Saya, atas nama keluarga besar Selo Soemardjan, tidak akan mempersoalkan ulah pembuat kedua tayangan di atas, siapa pun dia. Akan tetapi, saya berharap pembuatnya menyadari sepenuhnya konsekuensi dari memuat hoaks yang telah mencemarkan nama baik seseorang yang telah berpulang menemui Tuhan Yang Mahakuasa.

ZAINOEL B BIRAN

Psikolog Sosial, Pensiunan PNS, Jalan Kebumen, Menteng, Jakarta Pusat

Perum Peruri Tidak Mencetak KTP-el

Sehubungan dengan pemberitaan di harian Kompas, 10 Maret 2017, halaman 2, dengan judul "Saat Proyek Nasional Menjadi 'ATM' Pejabat", kami informasikan bahwa pencantuman nama Perum Peruri pada infografis Kompastersebut adalah salah atau tidak benar.

Sumber pemberitaan adalah surat dakwaan KPK Nomor DAK-15 tanggal 24 Februari 2017, sama sekali tidak mencantumkan nama Perum Peruri. Peruri tidak mencetak KTP elektronik dan Peruri bukan pemenang tender pada proyek tersebut.

Terima kasih.

EDDY KURNIA

Head of Corporate Secretary and Strategic Planning

Catatan Redaksi:

Terima kasih atas informasi Anda. Mohon maaf atas kekeliruan ini.

Konfirmasi Sejarah

Saya berterima kasih atas artikel Bambang Hidayat (Kompas, 27/2) yang berjudul "Tujuh Puluh Lima Tahun Lalu".

Namun, ada kalimat: Pada 8 Desember 1941 (tiga bulan sebelum pecah Perang Pasifik)..., apakah maksudnya tiga hari? Sepengetahuan saya, Amerika Serikat mendeklarasikan perang terhadap Jepang pada tanggal itu.

Mengenai tenggelamnya kapal Kerajaan Inggris, HMS Prince of Wales dan HMS Repulse, akibat serangan udara Kerajaan Jepang, tanggal kejadiannya adalah 10 Desember 1941, 2-3 hari setelah serangan Pearl Harbor.

ARI GENTA JAYA

Johar Baru V, Jakarta Pusat

Catatan Redaksi:

Mohon maaf atas kekeliruan tersebut. Yang dimaksud adalah tiga bulan sebelum pecah pertempuran di Laut Jawa. Ihwal tenggelamnya kapal perang Prince of Wales dan Repulse, betul pada 10 Desember 1941. Terima kasih.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Maret 2017, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger