Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 10 April 2017

TAJUK RENCANA: Indonesia dan Perdamaian Suriah (Kompas)

Pernyataan Kementerian Luar Negeri RI terhadap serangan AS ke pangkalan Angkatan Udara Suriah menegaskan sikap Indonesia terhadap perdamaian.

Indonesia negara cinta damai. Indonesia mendukung upaya penyelesaian konflik Suriah yang sudah berjalan enam tahun melalui cara damai sekalipun jalan panjang dan berliku harus ditempuh. Namun, itulah amanah dari Pembukaan Konstitusi Indonesia: "...ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial...."

Dalam pernyataan Kemlu, pekan lalu, secara jelas dinyatakan bahwa Indonesia mengecam penggunaan senjata kimia di Suriah; sebagai negara pihak Konvensi Internasional mengenai Senjata Kimia, Indonesia menolak penggunaan senjata kimia oleh siapa pun dan untuk tujuan apa pun. Karena itu, perlu segera dilakukan verifikasi di lapangan tentang penggunaan senjata kimia itu.

Pada saat yang bersamaan, dinyatakan pula bahwa secara prinsip Indonesia prihatin atas serangan unilateral oleh pihak mana pun, termasuk penggunaan rudal Tomahawk, dalam merespons tragedi senjata kimia di Suriah.

Tindakan militer yang dilakukan tanpa persetujuan Dewan Keamanan PBB, menurut Indonesia, tidak sejalan dengan prinsip-prinsip hukum internasional dalam penyelesaian konflik secara damai. Karena itu, Indonesia meminta Dewan Keamanan PBB segera mengambil langkah untuk menyelesaikan krisis di Suriah.

Dengan pernyataan seperti itu, sikap Indonesia sangat jelas: tidak membenarkan penggunaan senjata kimia, sekaligus juga tidak membenarkan aksi militer secara unilateral yang dilakukan AS. Bagi Indonesia, perdamaian dan stabilitas Suriah hanya dapat dicapai melalui dialog dan proses politik yang inklusif.

Kita tahu situasi di Suriah saat ini sungguh sangat kompleks dan rumit. Kekompleksan dan kerumitan situasi di lapangan itu, antara lain, juga disebabkan oleh begitu banyak pihak yang terlibat dalam konflik: entah berpihak kepada rezim yang berkuasa di Damaskus, entah yang berpihak kepada oposisi bersenjata. Ada banyak kepentingan negara-negara di luar Suriah yang bertabrakan di negeri yang terkoyak-koyak perang sejak tahun 2011 dan telah menelan sekitar 400.000 korban jiwa, serta jutaan orang lainnya terluka dan mengungsi, itu.

Indonesia, tentu, tidak berpihak kepada salah satu pihak yang bermain di Suriah; serta tidak berpihak kepada pihak-pihak di dalam negeri Suriah yang berperang. Indonesia hanya berpihak kepada perdamaian, perdamaian yang adil yang akan menyelamatkan demikian banyak rakyat Suriah yang sekarang terlunta-lunta.

Itulah prinsip politik luar negeri bebas aktif yang harus terus diperjuangkan di berbagai forum dunia dan dengan segala daya dan upaya serta sikap yang tegas.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 April 2017, di halaman 6 dengan judul "Indonesia dan Perdamaian Suriah".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger