Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 11 April 2017

TAJUK RENCANA: Operasi NIIS Pindah ke Mesir (Kompas)

Setelah ditekan di Suriah dan Irak, diduga Negara Islam di Irak dan Suriah mengalihkan medan pertempuran ke Mesir yang belum begitu stabil.

Dua serangan bom terpisah, Minggu (9/4) pagi, di dua gereja Koptik Mesir yang diklaim dilakukan oleh Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), menyebabkan sedikitnya 43 orang tewas dan lebih dari 100 orang luka-luka.

Serangan pertama terjadi di Gereja Mar Girgis di kota Tanta, sekitar 100 kilometer utara Kairo. Serangan kedua menyasar Katedral Santo Markus di Alexandria, sekitar 214 kilometer barat laut Kairo, dan menewaskan 16 orang serta melukai 41 orang. Pengebom di Alexandria diidentifikasi bernama Abu al-Baraa al-Masri, sedangkan yang di Tanta Abu Ishaaq al-Masri.

Kelompok Provinsi Sinai, sayap NIIS di Mesir, diduga melakukan serangan itu. Kelompok yang sama, Januari dan Februari lalu, juga menyerang gereja dan menewaskan tujuh umat gereja Koptik di Sinai.

Pada Desember 2016, kelompok Provinsi Sinai itu juga mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri di Gereja Santo Petrus dan Paulus di Kairo. Setidaknya 30 orang tewas dalam serangan itu.

Dalam jumpa pers bersama di Washington, AS, pekan lalu, Abdel Fatah el-Sisi dan Presiden AS Donald Trump sepakat untuk bekerja sama memerangi terorisme. Sikap keras dan tegas terhadap kelompok radikal ditunjukkan Sisi sejak mengambil alih kepemimpinan Mesir dari Presiden Muhammad Mursi.

Akibat serangan di Tanta dan Alexandria, Presiden Fatah el-Sisi menetapkan keadaan darurat negara selama tiga bulan. Sisi menyatakan, perang melawan terorisme memang membutuhkan waktu yang panjang dan menyakitkan. Sisi juga meminta militer mengawasi infrastruktur vital dan strategis.

Sebagian pengamat menyatakan, bom di bulan Desember 2016 dekat pusat gereja Koptik itu telah menandai perubahan taktik NIIS. Berbeda dengan di Irak dan Suriah, di Mesir NIIS belum bisa mendapat banyak pengikut, apalagi Presiden Sisi bersikap tegas terhadap kelompok radikal.

Sejumlah pengikut NIIS di Mesir sudah ditangkap. Pada November 2015, polisi Mesir menangkap beberapa anggota kelompok radikal dan menembak mati Ashraf al-Gharably, pentolan NIIS di Mesir. Namun, serangan ke gereja Koptik menunjukkan kehadiran kelompok radikal di Mesir semakin nyata dan membahayakan.

Dunia internasional, termasuk Indonesia, mengecam keras serangan yang memakan banyak korban ini. Kita sepakat dengan sikap pemerintah karena kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan. Di sisi lain kita harus lebih waspada karena terorisme bisa terjadi di mana saja, mengincar tempat yang tak terduga.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 April 2017, di halaman 6 dengan judul "Operasi NIIS Pindah ke Mesir".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger