Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 15 April 2017

TAJUK RENCANA: Perubahan Trump di Timur Tengah (Kompas)

Pengeboman yang menewaskan 36 anggota Negara Islam di Irak dan Suriah di Afganistan oleh AS menunjukkan perubahan sikap Presiden Donald Trump.

Selama musim kampanye presiden, Trump menyatakan dirinya tidak ingin menjadi presiden intervensionis. Namun, pekan lalu, Trump memerintahkan serangan terhadap fasilitas militer Suriah, setelah pemerintahan Bashar al-Assad menggunakan senjata kimia.

Serangan terhadap markas Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) di Afganistan ini merupakan perintah kedua Trump terkait Timur Tengah. Serangan ini memberi sinyal bahwa Trump akan bertindak lebih agresif dibandingkan dengan pendahulunya, Barack Obama.

Militer AS menjatuhkan sekitar 11 ton bom non-nuklir di di bagian timur Afganistan, dekat perbatasan Pakistan itu, Kamis. Jenderal John W Nicholson, komandan pasukan AS di Afganistan, mengatakan, bom tersebut merupakan amunisi yang sangat tepat untuk melawan NIIS yang berlindung di balik lorong-lorong goa.

Departemen Pertahanan AS mengonfirmasi untuk pertama kali menggunakan 9.797 kilogram GBU-43 atau yang dikenal dengan nama MOAB (mother of all bombs). Trump mengatakan, bom hari Kamis itu sangat berhasil. Juru bicara Kementerian Pertahanan Afganistan, Dawlat Waziri, mengatakan, tidak seorang warga sipil pun yang terluka dalam serangan itu.

Militer AS menduga ada sekitar 800 anggota pasukan NIIS yang beroperasi di Afganistan. Bulan lalu, militer Afganistan dibantu pasukan khusus AS menyerang markas NIIS di Nangarhar. Hasilnya, 200 anggota militan tewas dan seorang tentara AS, Mark de Alencar, tewas. Ia merupakan militer pertama AS yang tewas di Afganistan.

Serangan ke Suriah membuat Trump meraih simpati dari dalam maupun luar negeri. Pakta pertahanan NATO dan masyarakat dalam negeri AS mengapresiasi serangan itu karena menunjukkan Trump tidak tunduk sepenuhnya kepada Rusia. Para pemilih Trump menyatakan, serangan Kamis lalu menunjukkan perbedaan dengan Obama.

Kita patut menduga serangan ke Afganistan dilakukan untuk memperkuat posisi AS di dunia internasional, yang mulai membaik. Selama masa kampanye, dunia dibuat bingung akan ucapan Trump yang tidak mencerminkan AS sebagai polisi dunia.

Untuk memberantas terorisme di Timur Tengah, Trump meminta Presiden Mesir Abdel Fatah el-Sisi bekerja sama dengan AS. Permintaan Trump itu terasa berarti karena di saat hampir bersamaan dengan kunjungan Sisi, dua gereja di Mesir mendapat serangan.

Serangan Trump ke Suriah dan Afganistan menunjukkan perubahan sikap AS dalam menyelesaikan konflik di Timur Tengah. Kita tunggu konsistensi kebijakan Trump karena secara langsung mengganggu kepentingan Rusia.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 April 2017, di halaman 6 dengan judul "Perubahan Trump di Timur Tengah".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger