Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 11 April 2017

TAJUK RENCANA: UNBK Itu Sarana (Kompas)

Kelebihan teknologi digital dalam sistem ujian nasional berbasis komputer seolah jadi senjata pamungkas dalam polemik ujian nasional.

Padahal, ujian nasional berbasis komputer (UNBK) hanyalah sarana, substansi utamanya tetap perlu tidaknya UN. Naiknya indeks integritas diukur dari kejujuran dalam pelaksanaan UN belum menjawab persoalan substansi perlu tidaknya UN. UN sebagai tes kemampuan daya serap mata pelajaran merupakan bagian dari keharusan minimum standardisasi. Dalam konteks itu, UNBK harus. Berbagai perbaikan sarana barulah langkah teknis menunjang pendapat tetap perlunya UN.

Dengan peserta 7,7 juta siswa SMP dan SMA sederajat yang berasal dari 98.000 sekolah, 48,93 persennya sudah menggunakan UNBK, kecurangan berkurang drastis. Beberapa kejadian guru "menjual" soal yang terjadi sporadis sangat kecil dibandingkan dengan UN tahun-tahun sebelumnya. Menurunnya kecurangan sebenarnya tidak terutama oleh sistem, tetapi oleh kebijakan bahwa UN tidak lagi menentukan kelulusan.

Persentase masih 51,07 persen sekolah yang belum menggunakan UNBK relatif mudah ditingkatkan. Listrik mati sebagai kendala utama UNBK mudah diatasi. Keduanya menjadi sarana komplementer yang kita apresiasi sejalan dengan abad digital. Tak kalah penting adalah perbaikan materi ujian, sesuai dengan kondisi daerah dengan berbagai variasi soal, yang mengarah pada persyaratan minimum standardisasi.

Jika kelulusan dinilai dari ujian sekolah dan rapor harian, kecurangan akan berkurang. Sekolah pun dengan ujung tombak guru bisa menyelenggarakan praksis pendidikan sesuai prinsip edukasi pedagogis jati diri lembaga pendidikan.

Dengan tujuan perbaikan mutu sekaligus pemerataan, UNBK perlu dilakukan berkali-kali dalam satu tahun ajaran. Sekali pertengahan tahun dan sekali di akhir tahun ajaran, misalnya, merupakan pelengkap memenuhi tujuan perbaikan dan pemerataan mutu. Biaya UNBK jauh lebih besar daripada ujian nasional berbasis kertas dan pensil, tetapi itu relatif mudah daripada menyatakan kesepakatan UN sebagai bagian utuh dan ideal praksis pendidikan.

UN, ujian sekolah, dan laporan kinerja harian peserta didik merupakan keharusan intrinsik praksis pendidikan. Ketiganya merupakan dasar dan panduan perbaikan, sesuai prinsip proses pembelajaran harus dievaluasi. Jika makna pendidikan adalah humanisasi, peserta didik sebagai obyek dan subyek sekaligus, sekolah dibiarkan mengembangkan kekhususannya sesuai dengan kondisi daerah dan misi sekolah untuk swasta, ketiga bentuk tes itu ideal.

Selain untuk keperluan akreditasi dan pengukuran hasil belajar, UN juga sebagai bagian dari peningkatan dan pemerataan mutu.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 April 2017, di halaman 6 dengan judul "UNBK Itu Sarana".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger