Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 12 Mei 2017

NKRI Harga Mati//Tanggapan My Republik//Tanggapan BCA (Surat Pembaca Kompas)

NKRI Harga Mati

Para pemimpin yang kini berkuasa, baik di bidang eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, belum lahir ketika Republik Indonesia diproklamasikan sebagai negara merdeka.

Mereka tidak merasakan perjuangan dan pengorbanan para pahlawan bangsa yang gigih menentang pemerintahan kolonial Belanda, di antaranya Pangeran Diponegoro (1785– 1855), yang diasingkan dan wafat di Makassar. Juga Imam Bonjol (1772–1864), diasingkan ke Ambon dan Manado.

Soekarno sejak mahasiswa sudah gigih melawan Belanda. Tahun 1932, ia dipenjara di Sukamiskin, Bandung, yang ironisnya sekarang menjadi lembaga pemasyarakatan koruptor kakap. Demikian juga Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir, mereka pernah dibuang Belanda ke Boven Digul, Papua, dan kemudian dipenjarakan di Kepulauan Banda.

Sumpah Pemuda dicetuskan oleh tokoh-tokoh pemuda dari berbagai suku, ras, agama, dan golongan, 1928. Kemudian dasar negara kita, Pancasila, dirumuskan oleh Soekarno ketika dibuang Belanda ke Ende, Flores, 1934.

Ketika Ketua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Dr Radjiman Wedyodiningrat bertanya tentang perlunya Indonesia merdeka memiliki dasar filsafat kenegaraan, Soekarno mengusulkan Pancasila. Tak satu pun anggota BPUPK yang mampu menjawab secara filosofis, komprehensif, dan meyakinkan, kecuali Soekarno.

Sidang BPUPK itu dihadiri Radjiman Wedyodiningrat, Soekarno, Mohammad Hatta, Soepomo, AA Maramis, Agus Salim, Wachid Hasjim, Masjkoer, Mohammad Yamin, Ki Bagus Hadikoesoemo, Abdul Kahar Moezakir, Soesanto Tirtoprodjo, PA Hoesin Djajadiningrat, Ahmad Sanoesi, Soekiman, Liem Koen Hian, PF Dhaler, Oei Tjong Hauw, J Latuharhary, Otto Iskandardinata, Oei Tiang Tjoe, Ulfah Santosa, Parada Harahap, dan sederet nama besar lainnya. Peserta sidang-sidang menjelang proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, pada masa penjajahan Jepang, terdiri dari berbagai suku, ras, agama, dan golongan.

Karena itu, Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Marsudi Syuhud mengatakan, "Pemahaman dasar bahwa Indonesia adalah negara yang toleran, rukun, dan menerima semua perbedaan harus disampaikan dan ditekankan kepada segenap masyarakat hingga kepada generasi muda, di semua lingkup kehidupan dari keluarga hingga lembaga pendidikan." (Kompas, 8 Mei 2017)

NKRI adalah harga mati, yang akan menjamin kesejahteraan dan ketenteraman 250 juta rakyat Indonesia, sesuai cita-cita mulia para pendiri bangsa kita.

ARIFIN PASARIBU, KOMPLEKS PT HII, KELAPA GADING TIMUR, JAKARTA 14240

Tanggapan My Republik

Menanggapi surat Bapak Billy Fernandez di Kompas, Rabu (26/4), berjudul "Tidak Profesional", perkenankanlah kami menyampaikan kronologi dan penanganan yang kami lakukan.

Pada 11 April 2017, pelanggan menghubungi pusat panggilan, mengeluhkan gangguan internet dengan nomor laporan 655693. Hari itu juga tim kami mengecek sistem dan hasilnya akan ditindaklanjuti dengan kunjungan.

Pada 12 April, pelanggan menghubungi pusat panggilan menanyakan status laporan dan pada 13 April, tim kami berkunjung.

Pada 14 April, tim menginformasikan bahwa ada kendala fat loss. Pada tanggal yang sama pelanggan tiga kali menghubungi pusat panggilan, diinformasikan ada fat loss dan akan ditindaklanjuti secepatnya.

Pada 15 April, perangkat di rumah pelanggan diperbaiki dan layanan sudah kembali normal. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami.

LIA ANGGRAINI, PUBLIC RELATION SPECIALIST, PT EKA MAS REPUBLIK

Tanggapan BCA

Menanggapi keluhan Bapak Irawan Tjandra melalui surat pembaca diKompas, Selasa (25/4), berjudul "Rekening Didebet", perkenankan kami menyampaikan terima kasih atas kepercayaan terhadap PT Bank Central Asia Tbk.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut, dapat kami informasikan bahwa petugas BCA telah memberikan penjelasan dan permasalahan telah diselesaikan pada 25 April 2017.

Sekali lagi kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami beberapa waktu lalu.

DWI NARINI, SENIOR MANAGER PT BANK CENTRAL ASIA TBK, SUBDIVISI KOMUNIKASI KORPORASI, BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT<

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Mei 2017, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger