Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 08 Mei 2017

TAJUK RENCANA: Menanti Pertarungan Antarkubu (Kompas)

Setelah pemilihan presiden di Perancis yang berlangsung kemarin, mata dunia akan segera tertuju ke Inggris dan Iran.

Pemilihan umum di sejumlah negara menjadi semakin menarik untuk diikuti setelah—menurut berita yang tersiar dan dinyatakan oleh Amerika Serikat—campur tangan Rusia dalam pemilu presiden di AS. Campur tangan Rusia tersebut menjadi kasus yang sangat terkenal.

Sejak saat itu, meskipun barangkali memang sudah sejak lama terjadi, pemilihan umum di sebuah negara yang semestinya merupakan urusan lokal (nasional) "dicampuri" pihak luar dengan dalih yang bertarung adalah "kawannya" atau "sekutunya" atau sekurang-kurangnya kandidat yang memiliki haluan pikiran senada.

Yang terjadi di Perancis kemarin pun tidak terkecuali. Pemilu Perancis memberikan gambaran yang sangat jelas tentang pertarungan antara pro dan anti Uni Eropa; antara kandidat yang ingin mempertahankan institusi-institusi Eropa dan yang ingin menghancurkan institusi itu; antara garis keterbukaan dan ketertutupan.

Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker dengan jelas mendukung Emmanuel Macron, kandidat berhaluan tengah, menghadapi tokoh ekstrem kanan Marine Le Pen, yang menurut berita yang tersebar mendapat dukungan Moskwa. Dengan ini saja, terlihat jelas bahwa pemilu Perancis bukan hanya urusan orang Perancis, melainkan juga urusan seluruh Eropa, dan bahkan dunia.

Demikian juga kiranya yang akan terjadi dengan pemilu Inggris yang menurut rencana akan dilaksanakan tanggal 8 Juni mendatang. Ada yang mengatakan bahwa pesaing utama PM Inggris Theresa May dalam pemilu mendatang bukan partai politik Inggris, melainkan Uni Eropa sendiri. Tentu hal itu terjadi setelah Inggris di bawah Theresa May meninggalkan Uni Eropa. Bahkan, Theresa May juga mengungkapkan bahwa para pejabat dan politisi Eropa telah mengancam Inggris.

Bukan hanya pemilu di Eropa yang akan dicermati dan diikuti banyak negara, termasuk oleh AS, Rusia, Eropa, dan Timur Tengah, melainkan juga negara di luar Eropa seperti Iran. Menurut rencana, pemilu presiden di Iran akan diselenggarakan pada 19 Mei mendatang. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei juga sudah mengingatkan agar negara lain tidak campur tangan.

Pemilu di Iran kali ini akan menjadi referendum terhadap perjanjian nuklir antara Iran dan Barat. Kalau rakyat tidak memilih lagi Hassan Rouhani, presiden sekarang ini, bisa diartikan bahwa mereka tidak mendukung perjanjian nuklir antara Iran dan Barat yang diprakarsai oleh Rouhani yang sering dianggap lunak kepada Barat. Akan tetapi, pada dasarnya, pemilu di banyak negara, saat ini, lebih merupakan pertarungan kubu keterbukaan melawan kubu yang menginginkan ketertutupan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 Mei 2017, di halaman 6 dengan judul "Menanti Pertarungan Antarkubu".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger