Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 16 Mei 2017

TAJUK RENCANA: RI dan Serangan Siber (Kompas)

Peretasan situs dan akun internet cukup sering kita dengar. Namun, serangan seperti yang dialami beberapa negara akhir pekan lalu memicu kerisauan.

Seperti kita baca beritanya, program komputer jahat ransomware yang bernama WannaCrypt menyerang ribuan komputer yang memakai sistem operasi Windows 8 atau versi yang lebih awal. Jika terserang, data yang ada di komputer terkunci, tak bisa dibuka. Akses bisa dibuka lagi jika pengguna membayar tebusan 300 dollar AS.

Menurut The Washington Post, Sabtu (13/5), serangan terhadap komputer tersebut dilakukan dengan memanfaatkan kelemahan yang teridentifikasi dalam dokumen Badan Keamanan Nasional AS yang dibocorkan kelompok kriminal Shadow Brokers tahun lalu. Peretasan mulai dilaporkan di Inggris oleh Dinas Kesehatan Nasional, kemudian meluas ke jaringan internet dan melintasi batas nasional. Selain Inggris, serangan juga terjadi di AS (FedEx), Rusia, China, dan juga Indonesia (RS Dharmais).

Kita hargai upaya Kementerian Komunikasi dan Informatika yang segera mengeluarkan langkah pencegahan, seperti memperbarui sistem operasi, mengamankan data, dan memasang program antivirus mutakhir.

Merebaknya virus ransomware ini meyakinkan kita setidaknya dua hal. Pertama, perilaku jahat, yang bisa melumpuhkan berbagai layanan, apakah itu kesehatan, telekomunikasi, dan kantor korporasi, bisa muncul kapan pun. Teknologi yang selama ini membantu kita untuk berbagai urusan pada sisi lain juga menjadi titik lemah.

Selama ini penggunaan teknologi digital ini telah dibentengi oleh berbagai program antivirus yang terus-menerus dimutakhirkan. Namun, orang jahat tak pernah berhenti berbuat untuk menimbulkan kekacauan.

Pesan kedua yang tidak kalah strategisnya, dewasa ini kita sudah masuk dalam era perang siber (cyber warfare), di mana ada pihak yang sengaja melumpuhkan sistem informasi negara lain yang dianggap sebagai lawan.

Sejak awal dekade silam, atau tahun-tahun awal abad ke-21, AS sudah merumuskan doktrin perang digital seperti dilaporkan Business Week. LaluBloomberg Businessweek dalam salah satu edisinya pada awal dekade ini sudah menurunkan laporan "Cyber War Has Begun" (Perang Siber Telah Dimulai). Kita juga mendengar, Kementerian Pertahanan RI mengembangkan sistem pertahanan siber. Namun, melihat lingkup dan kemajuan teknologi yang ada, kita masih harus lebih giat memacu kesiapannya.

Serangan siber menjadi satu contoh ironi. Indonesia sedang dihadapkan pada berbagai masalah mendesak yang membutuhkan segenap daya dan pikiran. Alangkah malangnya negara ini jika di tengah kepungan tantangan dan persoalan, tenaga dan pikiran dihambur-hamburkan semata untuk urusan politik dan intoleransi.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Mei 2017, di halaman 6 dengan judul "RI dan Serangan Siber".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger