Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 09 Mei 2017

TAJUK RENCANA: Transformasi 50 Tahun Bulog (Kompas)

Memasuki usia ke-50 tahun pada 10 Mei, tantangan bagi Bulog adalah menemukan relevansi terhadap perubahan.

Sejak kelahirannya, Bulog mendapat tugas utama menyediakan pangan dan stabilitas harga. Komoditas pangan yang selalu ditangani Bulog adalah beras sebagai pangan pokok masyarakat dan menentukan stabilitas politik. Tahun 2016, Presiden menetapkan Bulog juga menjaga stabilitas harga dan pasokan jagung dan kedelai.

Pada awal berdiri peran Bulog sangat vital. Indonesia kekurangan pangan, produktivitas pertanian rendah, petani dan konsumen sama-sama miskin. Pemerintahan Orde Lama turun, antara lain, karena Tri Tuntutan Rakyat oleh mahasiswa yang salah satunya menurunkan harga beras.

Salah satu keberhasilan Bulog saat itu adalah bersama pemerintah menetapkan harga pagu atas dan harga dasar beras. Dengan cara itu, petani dan konsumen sama-sama terlindungi dari gejolak harga saat panen dan paceklik.

Bulog juga berhasil menetapkan cadangan beras cukup 7 persen untuk mengendalikan harga pangan (beras) nasional. Hasilnya, Indonesia berhasil mencapai swasembada beras pada tahun 1984 dan diakui Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Keberhasilan pengendalian harga oleh Bulog hingga tahun 1990-an juga ditunjang kehadiran koperasi unit desa. KUD menyalurkan pupuk, benih, dan sarana produksi tepat waktu bagi petani anggota sekaligus menampung hasil panen sehingga memudahkan Bulog mendapatkan stok pangan.

Dampak naiknya produktivitas pertanian dan terjaminnya harga adalah kelebihan produksi. Bulog pada akhir 1990-an terlambat mengantisipasi perubahan ini dengan membangun agroindustri pangan. Kita sering mendengar saat panen harga jatuh dan di antara waktu panen harga melambung.

Menjelang ulang tahun ke-50, Bulog kembali melakukan transformasi. Kali ini bersama Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi membangun induk (holding) badan usaha milik desa PT Mitra BUMDes Nusantara. Induk BUMDes itu akan menampung dan memasarkan produk BUMDes seraya memperkuat struktur BUMDes.

Akan lebih baik jika Bulog memfasilitasi BUMDes membangun agroindustri untuk meningkatkan nilai tambah di desa, membangun pelaku kewirausahaan baru di desa, serta menghasilkan produk beragam sesuai kebutuhan masyarakat, termasuk masyarakat miskin.

Dengan cara ini, Bulog tidak sekadar menjadi badan penyangga pangan, tetapi juga ikut membangun ekonomi nasional, mengurangi ketimpangan kemakmuran, dan menegakkan kedaulatan pangan nasional.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Mei 2017, di halaman 6 dengan judul "Transformasi 50 Tahun Bulog".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger