Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 23 Juni 2017

Merah Putih dan Garuda//Menangkal Radikalisme//Tagihan Bengkak//Galian Dibiarkan (Surat Pembaca Kompas)

Merah Putih dan Garuda

Saya tidak tahu kepada siapa pikiran saya ini harus disampaikan. Karena itu, saya menulis saja surat terbuka ini. Pikiran muncul ketika akhir-akhir ini Garuda Pancasila banyak diperbincangkan sebagai andalan dan perekat NKRI.

Sayangnya, sang Garuda Pancasila jarang tampil di ruang publik. Ia lebih banyak bertengger di ruang-ruang resmi kenegaraan atau di dinding belakang meja para pejabat. Dalam berbagai peristiwa nasional masyarakat hanya melihat sang Merah Putih berkibar di seluruh Nusantara.

Seandainya tidak bertentangan dengan konstitusi, saya mengusulkan agar sang Garuda Pancasila dan Merah Putih dipersatukan dalam bendera nasional kita. Dengan demikian, dalam berbagai peristiwa nasional sang Garuda Pancasila akan terlihat mengembangkan sayapnya di seluruh penjuru negeri dengan Pancasila di dadanya.

Berdasarkan data yang saya peroleh, paling tidak ada 10 negara yang mengubah atau mengganti benderanya, di antaranya Malawi, Etiopia, Irak, dan Kongo. Bahkan, Afganistan pernah mengganti bendera sampai empat kali. Sementara Selandia Baru berencana mengubah bendera nasionalnya melalui referendum yang dilaksanakan tahun 2016.

Dengan perubahan bendera seperti yang saya usulkan, bendera nasional kita tidak akan sama lagi dengan bendera Monako dan tidak mirip bendera Polandia. Dalam pikiran saya yang sederhana, saya membayangkan bendera nasional kita menjadi lebih gagah dengan gambar Garuda Pancasila di tengahnya. Ini yang notabene sudah sering kita lihat pada kaus-kaus atlet Indonesia yang tengah berlaga.

Pemikiran saya ini murni pemikiran pribadi sebagai warga negara biasa yang mencintai dan menginginkan bangsanya kuat bersatu. Jayalah Indonesia.

DR IR GATOET WARDIANTO MT

Dosen Universitas Pandanaran,

Jl Banjarsari Barat 1, Tembalang, Semarang 50268

Menangkal Radikalisme

Gerakan radikalisme dan terorisme seharusnya bisa kita cegah dan tangkal melalui RT, RW, dan takmir masjid.

Masyarakat awan sering terkaget-kaget ketika tiba-tiba di daerahnya menjadi sarang kelompok-kelompok radikal. Oleh karena itu, kewaspadaan mesti dibangun sejak dini. Mestinya setiap warga, RT, RW, dan takmir masjid, dengan melihat aktivitas dan perkembangan orang dan kelompok di sekelilingnya.

Selanjutnya negara dapat mengawasi dan membina kelompok-kelompok radikal sekaligus memberikan sanksi hukum apabila mereka menyeleweng dari ketentuan dan peraturan yang berlaku.

Baru-baru ini terjadi lagi kasus bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu, Jakarta. Ini menandakan tidak berjalannya proses pengawasan dan informasi dari masyarakat sekitar daerah asal pelaku di Kampung Ciranji, Desa Sirnagalih, Kecamatan Cipungkur, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

H SUDIRMAN UMAR

Jl Diponegoro III, Banyumanik Semarang

Tagihan Bengkak

Akibat kesalahan sistem Indosat, paket layanan data dan internet saya dengan nomor pelanggan 00221099 tidak diperpanjang secara otomatis. Saya ditagih tarif reguler untuk penggunaan data dan internet yang membuat tagihan membengkak dan mahal.

Saya sudah menghubungi Indosat melalui telepon dan surel untuk mengoreksi, dijawab bahwa koreksi telah dilakukan dan kelebihan dana yang dibayarkan akan digunakan untuk mengurangi tagihan bulan selanjutnya.

Saya sangat keberatan atas kebijakan ini karena saya membutuhkan dana tersebut untuk menutup keperluan lainnya. Apalagi kesalahan bukan pada saya melainkan di sistem Indosat.

HENDRA NUR

Jl Kartini VIII Dalam,

Jakarta 10750

Galian Dibiarkan

Kepada Palyja yang membuat galian proyek di Jalan Pejaten di seberang Pejaten Village, saya meminta untuk bertanggung jawab. Sudah sekitar dua bulan galian tidak juga beres bahkan setiap lewat saya tidak melihat ada yang bekerja.

Galian proyek tersebut sudah menyebabkan kemacetan. Kalau memang proyeknya macet tolong ditutup galiannya dan jangan ditinggalkan begitu saja.

AHMAD JAYADI

Jalan AUP Gang Madrasah, Pasar Minggu, Jakarta Selatan

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Juni 2017, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger