Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 08 Juni 2017

TAJUK RENCANA: Bersatu Melawan Terorisme (Kompas)

Dua pekan berlalu, upaya pasukan Filipina merebut kembali kota Marawi dari tangan kelompok Maute belum juga berhasil.

Hal ini memperlihatkan, kekuatan milisi yang terafiliasi dengan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) itu tidak dapat diremehkan. Persiapan mereka membangun jaringan terowongan, memiliki senjata antitank, menjadikan sandera sebagai perisai manusia, dan menguasai kondisi wilayah Marawi membuat mereka tak mudah ditaklukkan.

Apalagi, militer Filipina mendapat bukti video bahwa kelompok yang dipimpin dua bersaudara Maute dan Isnilon Hapilon, yang disebut sebagai wakil NIIS di Asia Tenggara, telah menyusun rencana lebih besar untuk menguasai Marawi, termasuk menyandera anak sekolah serta memblokade dan menduduki akses masuk kota.

Hal ini ditambah dengan adanya sejumlah kombatan asing, termasuk asal Indonesia, yang bergabung dengan milisi Maute. Panglima Militer Filipina Jenderal Eduaro Ano memastikan, tujuan mereka adalah memisahkan wilayah Marawi dari Filipina dan mendeklarasikan pemerintahan yang menginduk kepada NIIS.

Bukti itu menegaskan, keberadaan NIIS di kawasan bukan ancaman semata, melainkan telah menjadi nyata, tidak hanya bagi Filipina, tetapi untuk seluruh wilayah Asia Tenggara. Karena itu, sudah tepat langkah Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyampaikan dukungan kepada Filipina dalam menangani krisis di Marawi.

Saat bertemu Menteri Pertahanan Filipina Delvin Lorenzana, Ryamizard juga membawa pesan dukungan serupa dari Singapura dan Thailand untuk Filipina. Mereka telah bertemu dengan mitra dari 28 negara Asia Pasifik, akhir pekan lalu di Singapura, untuk membahas situasi keamanan di kawasan.

Masalah yang dihadapi Filipina saat ini bisa saja terjadi di Indonesia, Thailand, atau negara lain di Asia Tenggara. Perbatasan Filipina dengan Malaysia dan Indonesia serta Malaysia dengan Singapura dan Thailand, terutama perbatasan laut, begitu terbuka. Sulit mencegah para simpatisan NIIS untuk bergabung melewati jalur laut dari utara Indonesia dan timur Malaysia.

Karena itu, tidak ada jalan lain bagi anggota ASEAN untuk bersatu melawan setiap kelompok yang terafiliasi dengan NIIS dan menjadikan mereka musuh bersama. Upaya untuk memperkuat patroli bersama, yang dirintis sejak maraknya pembajakan dan penyanderaan kapal dan awaknya di Laut Sulu, harus segera diwujudkan.

Kerja sama militer, keamanan, dan imigrasi harus ditingkatkan. Setiap negara perlu menerapkan kewaspadaan tertinggi, mencegah apa yang terjadi di Marawi meluas ke negara lain di kawasan. Kita tentu tak ingin derita yang dialami rakyat Irak dan Suriah juga terjadi di ASEAN.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 Juni 2017, di halaman 6 dengan judul "Bersatu Melawan Terorisme".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger