Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 13 Juni 2017

TAJUK RENCANA: Dunia Tetap Berlanjut Tanpa AS (Kompas)

Para menteri lingkungan G-7, yang terdiri dari Perancis, Inggris, Jerman, Italia, Kanada, Jepang, dan Amerika Serikat, kembali bertemu di Italia.

Mereka akan melanjutkan program kerja pasca-KTT G-7 bulan lalu. Yang menarik tentunya, bagaimana kelanjutan program pencegahan pemanasan global setelah AS menarik diri dari Kesepakatan Paris?

Komitmen 196 negara tetap solid, yaitu berjuang mengurangi emisi karbon di negaranya masing-masing sesuai target yang dimandatkan Kesepakatan Paris. Upaya ini diharapkan bisa mengurangi naiknya temperatur bumi yang saat ini sudah berada di titik kritis yang menyebabkan naiknya permukaan laut, melelehnya es di Antartika, dan berujung pada abnormalitas cuaca. Dunia pun telah mengalami beragam bencana besar, seperti kekeringan ekstrem, banjir, longsor, dan badai ekstrem.

Mengenai sikap Presiden AS Donald Trump yang menganggap bahwa pemanasan global adalah hoaks, bahwa Kesepakatan Paris merugikan industri AS, tak perlu diributkan lagi. Biarlah AS mengisolasi dirinya dengan kampanye "Amerika Berjaya Kembali". Tanpa keterlibatan AS, dunia akan tetap berlanjut menangani isu-isu krusial yang mengancam kepentingan kemanusiaan.

Bahwa kenyataannya masalah itu menimbulkan rasa ketidakadilan mengingat AS (dan China) adalah kontributor terbesar emisi karbon di dunia, yaitu sekitar 40 persen, kita masih punya harapan pada warga sipil dan kalangan industri di AS yang memiliki kesamaan visi dengan dunia. Sebagian kota dan negara bagian di AS juga sejumlah perusahaan besar telah menyatakan komitmennya agar AS tetap bisa memenuhi target pengurangan emisi karbon seperti yang diamanatkan Kesepakatan Paris.

Entah disadari atau tidak, keputusan Trump akan menjadi pukulan balik bagi perekonomian AS di bidang energi yang diperbarukan, seperti energi tenaga matahari, tenaga angin, mobil listrik, yang bernilai triliunan dollar AS.

Keputusan ini juga diperkirakan akan berdampak pada kepemimpinan AS. Langkah Trump yang memilih keluar dari sejumlah kesepakatan internasional, termasuk Kemitraan Trans-Pasifik, juga sikapnya terhadap Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), bisa dimaknai bahwa AS telah menarik diri dari perannya sebagai pemimpin global.

Padahal, saat ini dunia menghadapi tantangan yang sangat membutuhkan kerja sama multilateral, baik dalam bidang keamanan seperti kontra terorisme, maupun perdagangan. Posisi AS akan segera tergantikan oleh negara adidaya lainnya, entah itu China, Eropa atau Rusia. Namun yang pasti, kolaborasi negara-negara di dunia akan terus berlanjut.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Juni 2017, di halaman 6 dengan judul "Dunia Tetap Berlanjut Tanpa AS".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger