Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 20 Juni 2017

TAJUK RENCANA: Menangani Angkutan Lebaran (Kompas)

Kurang fair kalau mengatakan pemerintah tidak mengerjakan pekerjaan rumah untuk menghadapi Lebaran. Banyak jalan tol yang sedang dibangun.

Armada angkutan darat, laut, dan udara juga telah meningkat kapasitasnya. Namun, kinerja tersebut rupanya terus berkejaran dengan meningkatnya kebutuhan.

Inilah realitas yang kita hadapi setiap kali menjelang datangnya hari Lebaran. Dengan segala ikhtiar yang sudah dilakukan, kita seolah tak berhenti menerima surprise atau kejutan. Ibaratnya sudah bekerja keras untuk menyiapkan Tol Cipali, siapa sangka tahun lalu muncul tragedi Brebes Exit (Brexit).

Dari pengalaman inilah kita benar-benar dituntut untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Dalam kaitan inilah kita ingin memberikan sorotan khusus pada berita yang kita baca kemarin, yaitu tentang penggunaan sepeda motor untuk mudik Lebaran.

Pemudik sepeda motor tahun ini diperkirakan berjumlah 6,06 juta, naik 18 persen dari tahun sebelumnya yang berjumlah 5,13 juta. Mereka berpendapat dengan sepeda motor lebih banyak keuntungan yang diperoleh, seperti tidak perlu antre untuk mendapatkan tiket bus atau kereta api, bisa lebih cepat menembus kemacetan, dan biaya yang dikeluarkan jauh lebih murah. Lalu, di kota asal, mereka punya sarana transportasi yang lebih fleksibel.

Itu cerita bagusnya. Kekurangannya, sepeda motor tidak didesain untuk perjalanan jarak jauh. Tuntutan konsentrasi dan kondisi jalan raya yang kurang bagus menyebabkan pengemudi akan cepat lelah.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam satu diskusi di Jakarta, Minggu (18/6), kembali mengimbau masyarakat agar jangan menggunakan sepeda motor untuk mudik. "Coba gunakan moda transportasi lain sebelum memilih motor," katanya.

Peringatan itu bukan tanpa alasan. Pada Lebaran 2016, dari 2.900 kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi, sekitar 70 persen dialami oleh pengguna sepeda motor.

Kita menggarisbawahi imbauan Menhub di atas. Namun, sejauh akar masalahnya tidak diatasi, imbauan Menhub bisa terdengar tidak relevan. Masalah yang ada disebutkan oleh pengamat transportasi Universitas Soegijapranata, Semarang, Djoko Setijowarno. Di antaranya adalah kurangnya angkutan massal yang murah dari Jakarta ke sejumlah daerah di Jawa dan Sumatera.

Kita angkat masalah mudik dengan sepeda motor sebagai sekadar contoh, betapa dari masalah rutin tahunan seperti angkutan mudik Lebaran saja, kita masih dihadapkan pada banyak hal yang belum tertanggulangi. Padahal, di luar masalah tersebut, sudah muncul masalah baru yang tidak kurang-kurang peliknya.

Semoga ini bisa menyadarkan, di balik gebyar semarak jabatan dan kekuasaan, ada amanat yang luar biasa beratnya.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Juni 2017, di halaman 6 dengan judul "Menangani Angkutan Lebaran".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger