Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 25 Juli 2017

TAJUK RENCANA: Anak Indonesia dan Visinya (Kompas)

Meski tergolong sederhana, sulap yang diperlihatkan Presiden Joko Widodo di hadapan siswa di Pekanbaru amat mengesankan.

Anak-anak yang hadir pada peringatan Hari Anak Nasional 2017, Minggu (23/7), tampak terhibur oleh sulap Presiden. Mendapat permainan yang seru sesuai usia, hiburan yang menggugah inspirasi, dan suasana hangat yang menjalin keakraban adalah hal yang diharapkan anak-anak (Indonesia), yang kini dihadapkan pada tantangan kemajuan iptek dan perubahan sosial yang luas.

Anak-anak mendapat kesempatan berjumpa dengan Presiden tentu sangat membanggakan. Maklum saja, anak-anak Indonesia sering disebut menghadapi sistem pendidikan yang berat, banyak tugas dan hafalan, tetapi kurang rekreasi dan inspirasi. Dalam kaitan ini, orang merujuk pada sistem pendidikan negara-negara Skandinavia yang lebih berhasil membangkitkan kreativitas, antara lain dengan mengurangi durasi dan beban kurikulum.

Di harian ini, Senin (24/7), kita membaca, perundungan anak meluas. Anak-anak menjadi korban, juga menjadi pelaku tindakan tidak terpuji. Namun, di sisi lain, kita juga perlu menelusuri sebab kompleks yang melatarbelakangi perundungan itu. Dalam konteks kemajuan penggunaan media sosial dewasa ini, ada sinyalemen, media baru ini disalahgunakan untuk meraih pengakuan.

Perundungan hanya satu dari sederet isu yang terkait dengan anak-anak. Masalah lain yang harus ditangani adalah kondisi ekonomi yang membuat masa sekolah anak Indonesia masih memprihatinkan, pernah disebut rata-rata hanya 5,5 tahun atau setara SD. Bukankah itu kondisi yang berat? Di satu sisi kita mewacanakan bonus demografi, yakni dalam kurun sekitar satu dekade lagi akan ada orang muda usia produktif yang melimpah. Akan tetapi, benarkah kita akan bisa mendapatkan bonus tersebut jika kompetensi yang ada tidak memadai?

Dewasa ini, kita sering membicarakan generasi milenial (Y) yang mulai menempati posisi penting di perusahaan dan tidak kurang Presiden Jokowi sudah menyinggung peran yang akan dipikul generasi berikut (Z). Zaman memang menantang. Anak-anak Indonesia juga akan menyongsong era masa depan yang, jika persiapannya tepat, akan membawa mereka ke era gilang-gemilang.

Penuturan salah seorang siswa SD 36 Riau yang ingin menjadi youtuber karena jika punya subscriber banyak ia akan dapat banyak uang, di satu sisi, mencerminkan visi anak masa kini; profesi konvensional, seperti dokter atau insinyur, kurang dilirik. Namun, para pendidik juga perlu mengarahkan bagaimana mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menjadi youtuber jagoan.

Zaman telah berubah. Mari kita dukung anak-anak Indonesia dalam mengejar mimpi mereka memasuki dunia baru yang serba fenomenal ini.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 Juli 2017, di halaman 6 dengan judul "Anak Indonesia dan Visinya".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger