Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 24 Juli 2017

TAJUK RENCANA: Indonesia dan Krisis Al-Aqsa (Kompas)

Sikap Pemerintah Indonesia terhadap krisis Al-Aqsa karena ulah Israel, sebagaimana disampaikan Presiden Joko Widodo, tegas dan jelas.

Dalam pernyataan yang disampaikan di Yogyakarta, Presiden mengecam langkah aparat keamanan Israel yang membatasi akses masuk kompleks Masjid Al-Aqsa. Selain mengecam tindakan Israel, yang bukan kali yang pertama, Indonesia juga mendesak Sekjen PBB agar Dewan Keamanan PBB segera menggelar sidang untuk membahas krisis yang hingga akhir pekan lalu telah menewaskan enam orang itu.

Desakan kepada Dewan Keamanan PBB adalah perlu meskipun dalam beberapa kali kesempatan, keputusan Dewan Keamanan PBB tidak dipedulikan Israel. Meskipun demikian, Dewan Keamanan PBB tetap perlu bertindak, tetap perlu bersikap. Sikap Dewan Keamanan PBB ini—dengan mengadakan sidang untuk membahas krisis Al-Aqsa—akan menjadi penakar bagaimana sikap negara-negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB terhadap masalah Timur Tengah.

Apakah lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB— Amerika Serikat, Perancis, Inggris, China, dan Rusia—benar-benar peduli terhadap masa depan konflik Israel-Palestina? Apakah AS, misalnya, tetap tidak bisa tidak berpihak kepada Israel sebagaimana biasanya selama ini?

Kita tahu bahwa selama ini AS memainkan peran penting dan bahkan dapat dikatakan dominan dalam perundingan perdamaian Timur Tengah, meskipun dapat dikatakan berbagai upaya yang dilakukan dan disponsori AS tidak memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan. Kecuali, perjanjian Camp David antara Israel dan Mesir, yang mengakhiri konflik di antara kedua negara itu.

Sikap Indonesia sendiri jelas: mendukung proses perdamaian, mendukung berdirinya negara Palestina merdeka yang bebas dan berdaulat. Apa pun yang dilakukan Israel, yang pada ujungnya menghambat proses perdamaian, akan selalu ditentang Indonesia. Karena itu, berbagai langkah, upaya, dan usaha dilakukan Kementerian Luar Negeri Indonesia untuk pertama-tama mendesak Israel untuk tidak mengubahstatus quo kompleks Masjid Al-Aqsa agar masjid tersebut tetap terbuka bagi seluruh umat Islam. Indonesia juga mendesak agar semua pihak menahan diri supaya krisis tidak meluas dan menjadi tidak terkendali dan melebar ke mana-mana.

Kita berharap seruan dan desakan Indonesia akan didengarkan oleh semua pihak yang berkonflik, oleh Dewan Keamanan PBB untuk segera mengambil langkah cepat, tegas, dan tepat. Dengan demikian, kita tidak akan melihat situasi menjadi bertambah buruk dan menelan korban jiwa lebih banyak lagi.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Juli 2017, di halaman 6 dengan judul "Indonesia dan Krisis Al-Aqsa".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger