Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 22 Juli 2017

TAJUK RENCANA: Krisis Al-Aqsa dan Perdamaian (Kompas)

Selama masalah Jerusalem dengan seluruh kekayaannya belum terselesaikan, perdamaian belum akan tercipta di Tanah Palestina.

Masalah Jerusalem hanyalah satu dari sekurang-kurangnya empat masalah yang harus diselesaikan untuk menciptakan perdamaian di Tanah Palestina, perdamaian di Timur Tengah berkait dengan konflik Arab (Palestina)- Israel. Keempat masalah itu adalah masalah pengungsi, masalah perbatasan, masalah keamanan, dan masalah Jerusalem.

Krisis yang muncul sekarang ini—berkait dengan pemasangan alat pemeriksaan pemindai metal di gerbang masuk kompleks Bukit Kuil yang bagi umat Islam dikenal sebagai Haram al-Sharif, tempat beradanya Masjid Al-Aqsa—sebenarnya adalah masalah politik. Ini adalah masalah politik, dan bukan masalah keamanan semata seperti yang terlihat di lapangan.

Dengan memasang alat pemeriksaan pemindai metal itu—sebagai buntut penembakan terhadap dua polisi Israel oleh tiga pemuda Arab-Israel, pekan lalu—Israel meningkatkan kehadirannya di tempat suci tersebut. Tindakan Israel itu merupakan manifestasi dari usahanya untuk memperluas kontrolnya atas kompleks Masjid Al-Aqsa.

Tentu saja, tindakan Israel itu tidak hanya melanggar ketentuan bahwa kompleks Haram al-Sharif yang di dalamnya ada Masjid Al-Aqsa terbuka bagi seluruh umat Islam, tetapi juga telah merusak perdamaian. Tindakan Israel telah merusak status quo kompleks tersebut. Karena itu, sangat bisa dipahami kalau tindakan itu memancing protes, bukan hanya dari rakyat Palestina, melainkan juga bangsa-bangsa, termasuk Indonesia, yang mengupayakan perdamaian di Timur Tengah.

Bukan kali ini saja Israel menutup kompleks tersebut. Pada tahun 2000, Israel melakukan hal yang sama, bahkan menutup secara penuh kompleks tersebut. Tindakan itu—yang didahului kunjungan Ariel Sharon ke Al-Aqsa—telah meledakkan gerakan intifada kedua.

Melihat pengalaman yang sudah-sudah, krisis Al-Aqsa ini bisa memancing krisis yang lebih besar. Krisis ini memiliki sensitivitas dan kepelikan tinggi serta secara alamiah memiliki sifat mudah meledak. Karena itu, kenekatan dan kekeras-kepalaan Israel bisa-bisa akan memperburuk situasi. Karena itu, masuk akal kalau Raja Salman dari Arab Saudi menyerukan agar Washington segera campur tangan untuk menyelesaikan persoalan.

Kita berharap krisis akan segera bisa diatasi. Kalau tidak, kita hanya akan menyaksikan pertumpahan darah yang lebih banyak di tempat suci itu. Dan itu berarti perdamaian akan semakin jauh dari jangkauan untuk bisa diwujudkan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Juli 2017, di halaman 6 dengan judul "Krisis Al-Aqsa dan Perdamaian".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger