Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 12 Agustus 2017

Kaum Muda Indonesia dan SDGs (ANITA NIRODY)

Tujuh belas tahun lalu, PBB mencanangkan tanggal 12 Agustus sebagai Hari Pemuda Internasional. Pencanangan ini merupakan sebuah pengakuan terhadap pentingnya keterlibatan pemuda dalam proses pembangunan di dunia.

Belum lama ini saya berkesempatan bertemu dan berinteraksi dengan beberapa perwakilan pemuda Indonesia. Pada kunjungan saya ke Yogyakarta untuk mengunjungi kegiatan PBB di sana, saya bertemu dan mendiskusikan isu-isu yang menarik perhatian mereka. Ini adalah kunjungan pertama saya sejak saya datang ke Jakarta, menjadi Kepala Perwakilan PBB di Indonesia.

Saya sangat terkesan dengan semangat mereka untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih positif dan melakukan perubahan. Seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada mengungkapkan kekhawatirannya tentang dampak perubahan iklim dan bagaimana kita bisa mengatasinya. Seorang siswa mengatakan pentingnya pembangunan infrastruktur dan transportasi tanpa mengorbankan lingkungan hidup. Seorang siswa lain mengatakan, perempuan bisa lebih berperan dalam upaya perdamaian melalui dialog antar- agama dan antar-etnis. Dari seorang pemuda saya mendapat informasi bahwa kampungnya, Nglanggeran, terpilih sebagai destinasi ekowisata terbaik di ASEAN dan bagaimana daerah lain dapat belajar dari kampung ini untuk memastikan terwujudnya pembangunan berkelanjutan.

Jumlah kaum pemuda Indonesia saat ini adalah 65 juta orang dan mereka merupakan potensi besar yang dapat dimanfaatkan oleh negara. Kaum muda di Indonesia bukanlah kaum yang homogen. Mereka memiliki wawasan unik tentang isu-isu yang memengaruhi mereka, dan peduli terhadap berbagai macam topik yang mencakup semua bidang pembangunan. Yang menjadi pertanyaan utama, apakah saat ini sudah ada kemitraan yang bermakna dengan para pemuda? Dan, apa saja yang menjadi prioritas para pemuda Indonesia?

Kontribusi kaum muda

Hampir dua tahun yang lalu, negara-negara anggota PBB berkomitmen terhadap seperangkat tujuan yang saling terkait dan dapat diterapkan secara universal untuk mengentaskan kemiskinan, melindungi planet ini, dan memastikan semua orang menikmati perdamaian dan kemakmuran. Indonesia telah memainkan peran utama dalam penyusunan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yang dikenal sebagai SDGs, dan sedang dalam proses untuk mengimplementasikannya. Keputusan Presiden Republik Indonesia terkait pelaksanaan pencapaian SDGs di Indonesia menjadi tonggak sejarah dalam perjalanan untuk mengentaskan jumlah kemiskinan yang besar pada tahun 2030.

SDGs memberikan pedoman dan sasaran yang jelas untuk beberapa tahun ke depan sehingga tidak ada perempuan, laki-laki, atau anak yang tertinggal dalam pembangunan. Titik kritis untuk mencapai tujuan ini adalah tugas kaum muda. Agenda 2030 menyatakan bahwa "masa depan umat manusia dan planet kita terletak di tangan kita, dan juga berada di tangan generasi muda sekarang yang akan meneruskan tongkat estafet kepada generasi mendatang". Lebih dari sepertiga sasaran SDGs terkait dengan kaum muda secara langsung atau tidak langsung, dengan fokus pada pemberdayaan, partisipasi, atau kesejahteraan.

Namun, kaum muda juga menghadapi tantangan unik. Misalnya, meski paritas jender telah tercapai dalam pendidikan dasar, perempuan berusia muda masih tertinggal. Di Indonesia, satu dari empat perempuan menikah sebelum berusia 18 tahun dan sekitar setengah juta perempuan usia remaja melahirkan setiap tahun. Tidak adanya akses terhadap keterampilan dan pekerjaan telah mendorong tingkat pengangguran kaum muda. Satu dari lima orang muda tidak memiliki pekerjaan yang layak. Kelompok sosial tertentu, seperti pemuda adat, dan pemuda penyandang cacat, sering menghadapi diskriminasi dalam bentuk yang berbeda.

Untuk mencapai SDGs, semua orang harus terlibat. Pemerintah, sektor swasta, filantropi, dan mitra pembangunan dapat berbuat lebih banyak untuk mendengarkan dan mengintegrasikan suara kaum muda untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi.

Selama di Yogyakarta, saya bertemu dengan kaum muda yang menyuarakan pendapat mereka, meluncurkan kampanye, dan menyerukan para pemuda untuk tidak diam. Melalui kegiatan ini, mereka telah ikut mendukung pembangunan berkelanjutan Indonesia dengan cara yang luar biasa.

Dalam kemitraan dengan Pemerintah Indonesia, PBB berkomitmen untuk mendukung kaum muda mengatasi masalah yang penting bagi mereka, seperti UNFPA (United Nations Population Fund) membantu kaum muda mengakses informasi dan layanan seputar kesehatan reproduksi. UNFPA juga bekerja sama dengan pemerintah untuk mengembangkan Indeks Pembangunan Pemuda Indonesia yang pertama. Ini akan membantu pemerintah mengembangkan kebijakan dan program yang lebih baik dan terarah kepada kaum muda.

Sementara UNESCO memberikan kesempatan kepada kaum muda untuk berkontribusi terhadap upaya pelestarian warisan budaya Indonesia melalui kegiatan pelestarian situs budaya dan pengembangan industri kreatif dan seni budaya. Termasuk di antaranya pembuatan batik, keramik, pengembangan tari tradisional serta kerajinan tangan. Unicef mendukung 22 juta anggota pramuka di sekolah-sekolah di Indonesia untuk membantu kaum muda memanfaatkan teknologi baru dan memastikan agar suara mereka didengar.

UNDP (Program Pembangunan PBB) juga telah menyerukan kepada kaum muda untuk membantu melindungi harimau sumatera melalui kampanye urun dana baru. Sukarelawan PBB menyediakan kesempatan daring dan non-daring bagi kaum muda untuk membuat perubahan nyata di dunia di sekitar mereka.

Membangun perdamaian

Kami mendukung pemerintah membentuk Platform Pemuda dan SDGs agar mereka dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan negara mereka. Pada tingkat global, Sekretaris Jenderal PBB mendukung Rencana Aksi untuk Pemuda pada 2015 untuk membawa kaum muda ke pentas dunia.

Tema Hari Pemuda Internasional tahun ini adalah "Pemuda Membangun Perdamaian". Sejak diadopsinya Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 2250 pada tahun 2015, kaum muda di seluruh dunia semakin diakui sebagai pelaku penting dalam pencegahan konflik, perdamaian, dan pembangunan berkelanjutan.

Saat ini generasi muda berada pada jumlah terbesar dalam sejarah. Mereka lebih sehat, lebih terhubung secara digital, dan lebih berpendidikan daripada sebelumnya. Kita mempunyai peluang besar untuk memanfaatkan potensi perempuan dan laki-laki muda untuk mencapai perdamaian, kemakmuran, dan tentunya 17 butir SDGs pada tahun 2030. Sekarang adalah waktunya untuk bermitra dengan kaum muda sehingga kita semua dapat memperoleh manfaat dari semangat dan pandangan mereka terhadap dunia.

ANITA NIRODY

Resident Coordinator United Nations Indonesia

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Agustus 2017, di halaman 7 dengan judul "Kaum Muda Indonesia dan SDGs".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger