Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 14 Agustus 2017

”Men Sana in Corpore Sano”//Tanpa Pagar Pengaman//Okupasi Jalan di Kelapa Gading (Surat Kepada Redaksi Kompas)

"Men Sana in Corpore Sano"

Aarti harfiah ungkapan dalam bahasa Latin di atas adalah 'dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang sehat'.

Dalam era merajalelanya korupsi saat ini, arti sesungguhnya ungkapan itu sudah pudar. Buktinya, korupsi di Indonesia kebanyakan dilakukan oleh pejabat pemerintah hingga pejabat tinggi setingkat dirjen, gubernur, bupati, dan para elite politik di Gedung DPR. Bahkan, para pejabat penegak hukum pun sudah tak punya malu: turut korupsi yang sangat merugikan masyarakat dan keuangan negara.

Fisik mereka selalu terlihat sehat dan gagah. Olahraganya golf, yang satu stick-nya saja jutaan rupiah, serta menggandeng perempuan kinclong dengan bayaran dan fasilitas hidup setinggi langit. Akan tetapi, soal jiwa bagaimana? Mereka akhirnya terjaring operasi tangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi karena terbukti telah melakukan tindak pidana korupsi.

Inilah yang saya maksud dengan arti harfiah 'dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang sehat'. Di Indonesia, ungkapan tersebut menjadi pudar. Apa arti "dalam jiwa yang sehat"? Bahwa orang yang jiwanya sehat adalah orang yang jiwanya bersih. Dia tidak mau merugikan orang lain, seperti juga dia tidak mau dirinya dirugikan. Dalam hidup sehari-hari kita dapat mengambil contoh yang paling mudah dan sering terjadi dalam masyarakat. Kalau ada dompet jatuh di tempat umum, orang yang berjiwa bersih tidak mau mengambil dompet itu untuk dirinya, tetapi akan mencari cara mengembalikan dompet itu kepada pemiliknya secara utuh. Orang yang jiwanya bersih tidak mau membuat susah orang lain dan mengambil yang bukan haknya. Inilah yang dinamakan empati.

Bandingkan dengan para koruptor yang malah sengaja nyolong duit rakyat dan negara dengan pikiran mumpung ada kesempatan memperkaya diri. Menganggap tindak korupsinya tidak diketahui orang lain! Tidak seperti orangnyolong roti di toko swalayan karena kelaparan, tetapi koruptor nyolong besar-besaran bahkan sampai triliunan.

Konyolnya lagi, para koruptor itu, meski memakai rompi tahanan berwarna oranye, masih bisa cengengesan menghadapi para wartawan dan publik. Merasa tidak bersalah dan akan lolos dari jeratan hukum!

Kalau sudah begitu, dapat kita nilai bahwa para koruptor adalah manusia-manusia yang jiwanya tidak sehat. Ungkapan men sana in corpore sano pun dipelesetkan menjadi "main sana dan korupsi sini".

ADI ANDOJO SOETJIPTO

Mantan Ketua Muda Mahkamah Agung,

Taman Rempoa Indah, Ciputat, Tangerang

Tanpa Pagar Pengaman

Pengguna Jalan KH Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta, tahu hal berikut ini. Di ruas jalan tersebut, dari selatan (Tanah Abang) ke utara (Cideng Barat) setelah jembatan terowongan pendek, kira-kira 75 meter menikung ke kiri, tidak terdapat pagar pengaman yang sesungguhnya sangat dibutuhkan. Sebaliknya, di tempat yang tidak membutuhkannya, tersua pagar pengaman di penggalan jalan yang lurus—kira-kira 25 meter sebelumnya.

Kami selalu waswas jika melintas dari Cideng Timur ke Tanah Abang, khawatir ada kendaraan dari bawah yang gagal menikung sehingga menyelonong menghantam kendaraan yang dari atas.

Kiranya Pemprov DKI segera memasang pagar pengaman di radius tikungan tersebut.

SUTANTO HARSONO

Jl Merpati I Blok H-1 No 16, Bintaro Jaya, Jakarta Selatan

Okupasi Jalan di Kelapa Gading

Jalan Permata Artha Gading merupakan jalan umum di sisi timur Mal Artha Gading, Kelapa Gading, Jakarta Utara, yang telah diokupasi oleh pengelola Artha Gading menjadi area parkir tertutup berbayar. Mereka baru-baru ini memasang dua palang parkir di jalan publik itu.

Jalan yang semula lancar dan bebas dilalui menjadi padat akibat perubahan fungsi jalan umum menjadi area parkir tertutup berbayar.

Bagaimana wibawa pemerintah, dalam hal ini Pemprov DKI? Fasilitas umum yang diserahkan pengembang berupa jalan publik telah diokupasi/ditarik kembali. Ada permainan apa? Apakah hal itu dapat dibenarkan?

TINDRA YUDONO

Gading Arkadia, Kelapa Gading, Jakarta Utara

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Agustus 2017, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger