Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 15 Agustus 2017

TAJUK RENCANA: Sanksi dan Program Nuklir Iran (Kompas)

Sanksi AS dikhawatirkan semakin membuat solid warga Iran dan mendekatkan Iran ke Rusia. Jika ini terjadi, peta politik Timur Tengah semakin dinamis.

Hari Minggu (13/8), Parlemen Iran secara aklamasi menyetujui rancangan undang-undang (RUU) untuk mendanai program peluru kendali (rudal) dan Garda Revolusioner. Untuk program rudal balistik, UU itu mengalokasikan 260 juta dollar AS, sedangkan untuk Garda Revolusioner dianggarkan sedikitnya 260 juta dollar AS.

Pada sidang hari Minggu itu, parlemen Iran secara tegas menyatakan, persetujuan itu sebagai balasan atas sanksi ekonomi yang dijatuhkan AS pertengahan Juli lalu. Bahkan, mereka meneriakkan yel "kematian Amerika" setelah parlemen menyetujui pengucuran dana tersebut.

Sanksi diberikan karena AS menilai Iran tidak mematuhi kesepakatan nuklir Juli 2015 di Austria yang dihadiri lima pemegang hak veto: Rusia, Perancis, AS, Inggris, China, ditambah Jerman. Dalam sanksi baru ini, AS akan menghukum pihak yang terlibat dalam program rudal balistik dan orang yang berbisnis dengan pihak Iran.

Sebaliknya, Iran justru menambah terus belanja militernya menyusul kesepakatan pembelian senjata dengan Arab Saudi dan AS sebesar 110 miliar dollar AS bulan Mei lalu. Tahun ini Iran menambah anggaran militernya setidaknya 800 juta dollar AS. Arab Saudi dan Iran adalah dua negara yang saling berebut pengaruh di kawasan.

Komandan Garda Revolusioner Iran Mayjen Mohammad Ali Jafari mengatakan, AS terus berusaha melemahkan militer Iran sejak kesepakatan nuklir dicapai pada pertengahan Juli 2015. Kesepakatan tersebut melarang Iran memproduksi senjata nuklir. Sebagai kompensasi, segala bentuk sanksi yang dijatuhkan terhadap Iran oleh AS, Uni Eropa, dan PBB dicabut.

Baru dua tahun berlalu, AS menilai Iran melanggar kesepakatan itu sehingga harus menjatuhkan sanksi. Hanya dua hari setelah DPR AS mengesahkan pemberian sanksi, Iran yang semakin dekat dengan Rusia melakukan uji coba rudal pada Sabtu (29/7). Rudal bernama Simorg, para ahli menduga mengopi dari roket Korut, Unha.

Adnan Tabatabai, analis Iran yang tinggal di Jerman, menyatakan, Iran hanya ingin menunjukkan bahwa mereka ingin memberi respons dengan besaran yang sama. "Mereka ingin menunjukkan bahwa Iran tidak hanya bisa berdiri dan menonton apa yang terjadi," katanya.

Iran terbukti dapat tetap berkembang dan mengatasi keadaan sejak tahun 2005 ketika sejumlah sanksi diberikan oleh Barat hingga kesepakatan nuklir Juli 2015. Ketika sanksi dibuka, dana segar didapat dari penjualan minyak dan aset yang dibekukan.

Pemberian sanksi akan membuat Iran berpacu dengan program nuklir dan terus bermesraan dengan Rusia. Perlu dicari cara lebih efektif di luar pemberian sanksi.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Agustus 2017, di halaman 6 dengan judul "Sanksi dan Program Nuklir Iran".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger