Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 07 September 2017

Gedung Parlemen//Antrean di SPBU di Kota Palangkaraya//Gangguan Pengadaan Bahan Laboratorium Kesehatan//RS Abdi Waluyo Mengecewakan (Surat Kepada Redaksi Kompas)

Gedung Parlemen

Ketika berkesempatan mengunjungi Melbourne, Australia, saya kagum melihat posisi gedung parlemen berlokasi di tepi jalan raya. Tidak ada tempat parkir khusus untuk para anggota parlemen. Kalau akan menghadiri sidang, para anggota parlemen memarkir kendaraannya di lokasi parkir umum atau car park.

Dengan berpakaian resmi berupa jas lengkap, para anggota parlemen yang terhormat itu berjalan kaki menuju gedung parlemen. Mereka menyusuri jalan raya dan membaur dengan rakyat. Tampak sekali, betapa mereka sangat berhati-hati dalam menggunakan uang negara yang tentunya berasal dari uang rakyat.

Kembali ke Indonesia, saya melihat betapa besar perbedaannya. Anggota parlemen Indonesia seperti raja, bahkan masih terus meminta tambahan fasilitas ini dan itu. Padahal, negaranya masih banyak utang dan rakyat yang harus disejahterakan hidupnya masih banyak.

TITI SUPRATIGNYO

Pondok Kacang Barat, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten

Antrean di SPBU di Kota Palangkaraya

Setiap pagi hari saat melewati SPBU di Jalan RTA Milono, Kilometer 2,3, Kota Palangkaraya, di sana, sejak pukul 06.30, sudah menjadi pemandangan biasa melihat antrean panjang truk atau minibus hingga ke bahu jalan raya. Mereka antre untuk membeli BBM bersubsidi.

Sebelum sore hari, SPBU ini telah tutup karena kehabisan stok BBM. Pemandangan semacam ini hampir merata terjadi di beberapa SPBU yang menjual BBM bersubsidi di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Apakah kuota BBM bersubsidi di Kota Palangkaraya memang demikian terbatas sehingga masyarakat harus selalu rela berebut atau antre untuk mendapatkannya? Mohon kiranya ada penjelasan dari pihak-pihak berkompeten.

FRANSISCO

Jalan Jati Raya Nomor 17, Kelurahan Panarung, Kecamatan Pahandut, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah

Gangguan Pengadaan Bahan Laboratorium Kesehatan

Akhir-akhir ini banyak bahan keperluan laboratorium yang tidak ada di pasaran. Sebutlah seperti "media agar" untuk menanam kuman, disk resistensi,reagent-reagent untuk pemeriksaan kimia darah, imunoserologi, dan beberapa jenis bahan lainnya.

Menurut informasi dari perusahaan penjual, masalahnya lebih karena terbentur pada lama dan sulitnya registrasi di Kementerian Kesehatan. Padahal, sebenarnya barang-barang tersebut bukan barang baru, melainkan barang-barang yang sudah lama digunakan di negara kita.

Kami ingin menanyakan atau mengonfirmasi kepada pihak berwenang di Kemenkes, apakah hal ini memang benar? Kalau benar, tolong diadakan regulasi yang lebih baik.

TOTONG K DARMAWAN

Jalan Jenderal A Yani Nomor 54, Cipare, Serang, Banten

RS Abdi Waluyo Mengecewakan

Istri saya sudah sering berobat di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta, tetapi selalu ada saja yang membuat kami naik pitam. Begitu banyak pelayanan atau servis yang mengecewakan.

Puncaknya, Sabtu (26/8) pukul 18.00, saat kami kontrol sakit radang usus. Hasil lab feses istri saya ternyata belum jadi, padahal sampel sudah masuk seminggu sebelumnya. Biasanya ada hasil lab Prodia sebagai lampiran, tetapi ini tidak.

Ternyata setelah kami pulang, karena sudah tidak tahan dan lama, diberitahukan bahwa sampel fesesnya sudah rusak. Tidak ada konfirmasi sebelumnya sehingga kami harus mengulang kembali proses ini. Yang saya sayangkan, mengapa tidak ada konfirmasi kepada pasien jika sampel rusak atau tidak bisa digunakan?

Beberapa hal lain yang mengganggu: (1) proses konfirmasi ke asuransi yang memakan waktu lama, bahkan bisa sampai 5-6 jam; (2) administrasi dan manajemen RS yang berantakan, di mana serba manual, sehingga dokternya sampai lupa pasien sudah makan obat sampai berapa bulan; (3) koordinasi yang buruk antara farmasi, partnership/kerja sama, dan perawatnya.

Mohon dengan sangat agar manajemen RS Abdi Waluyo berbenah diri dan pihak terkait yang membawahkan rumah sakit ini kiranya bisa melakukan tindakan yang seharusnya.

Jika pihak manajemen kurang yakin, bukti-bukti hasil lab dan lain-lain ada pada kami dan kami bersedia dikonfirmasi ulang.

SENO PRAMUADJI

Jalan Kamp Baru I RT 009 RW 009, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 September 2017, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger