Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 18 September 2017

Literasi Media Stu Penting//Soetta, Istana, dan Jokowi//Tanggapan Maybank (Surat Pembaca Kompas)

Literasi Media Itu Penting

Hoaks menjadi salah satu pemicu putusnya pertemanan, gesekan, bahkan permusuhan. Ini yang kini banyak dialami sebagian besar konsumen informasi. Bahkan, UNESCO menyarankan bahwa untuk menghadapi hoaks, perlu literasi media, kemampuan menganalisis dan memfilter apakah sebuah informasi fakta atau bohong..

Pada kenyataannya, masyarakat lebih percaya media sosial ketimbang media arus utama, seperti koran, radio, majalah, dan televisi. Dari data yang saya temukan, lebih dari 43.000 media tersebar di seluruh Indonesia, tetapi hanya kurang dari 5.000 media dan situs daring yang tercatat resmi dengan akurasi yang diakui.

Informasi atau berita di media sosial perlu dipertanyakan kebenarannya sebab banyak dari berita tersebut hanya berisi pendapat orang yang membuatnya dengan maksud dan tujuan buruk: perpecahan. Mekanisme penyebaran berita yang betul adalah sampainya berita kepada konsumen setelah melewati beberapa tahap dan penyaringan ketat. Dalam media arus utama, redaktur dan editor merupakan penjaga gawang sebelum berita sampai kepada pembaca. Literasi media sejak dini pada seseorang merupakan penjaga gawang lapisan utama dan terpenting saat pembaca menerima berita dari pelbagai media.

Wacana untuk menerapkan pembelajaran mengenai literasi media sejak usia SD dipandang sebagai upaya yang kelak akan menjadi solusi penyebaran hoaks yang merugikan itu. Peran pemerintah dalam mengatasi berita hoaks sangat penting, begitu pula media dan Dewan Pers yang memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam hal tersebut. Perlu ditegaskan kembali, literasi media dalam masyarakat menjadi benteng terbaik dalam menghadapi maraknya penyebaran berita hoaks.

RAYNA LOIS EUUNIKE

Mahasiswi Jurnalistik, Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jakarta

Soetta, Istana, dan Jokowi

Soekarno-Hatta, nama kedua proklamator, sangat tepat, pantas, dan layak bagi nama bandara internasional Indonesia. Namun, kalau sudah disingkat menjadi Bandara Soetta, rasanya kok kurang sreg, kurang enak didengar, dan kurang mendunia.

Kalau boleh, saya usul tanpa mengubah nama dan makna kedua proklamator itu, nama bandara yang berada di Cengkareng itu Bandara Bung Karno-Hatta, disingkat menjadi Bandara BKH atau BKH Airport. Rasanya nama ini lebih sreg, lebih pas, lebih enak ditulis, dibaca, didengar, dan berpotensi kuat mendunia.

Mengenai Istana Merdeka dan Istana Negara, sampai sekarang masih rancu di mana letak kedua istana itu berada, baik oleh media cetak maupun televisi. Terbaca dan tertayang seorang pria tanpa busana menerobos masuk ke Istana Negara, seharusnya menerobos Istana Merdeka.

Bagaimana membedakan letak Istana Merdeka dengan Istana Negara? Sebetulnya mudah dengan merujuk pada letak kedua istana itu. Istana Merdeka letaknya di Jalan Merdeka, sementara Istana Negara, ya selain di Jalan Merdeka (di belakang Istana Merdeka-lah).

Sekarang mengenai Joko Widodo, presiden kita, saat memakai belangkon hitam. Menurut penglihatan saya, wajah Presiden Joko Widodo di poster sangat mirip dengan wajah Jenderal Sudirman. Mungkin apabila nanti tidak menjadi presiden lagi pada tahun 2025 (siapa tahu?), Jokowi bisa memerankan "Jenderal Besar" itu di layar perak (dulu dimainkan Deddy Sutomo) asal wajahnya tetap seperti sekarang dan tidak tembem.

P HENDRANTO

Jakarta

Tanggapan Maybank

Menanggapi pengaduan yang disampaikan Bapak Deddy Windyarso melalui Kompas edisi 11 September 2017 dengan judul "Dua Tahun Ditutup, Tagihan Tetap Ada", kami mohon maaf apabila terdapat ketidaknyamanan yang dialami.

Menindaklanjuti pengaduan tersebut, kami telah menghubungi Bapak Deddy untuk menjelaskan permasalahan yang terjadi. Bapak Eddy dapat memahami penjelasan yang kami sampaikan dan permasalahan telah diselesaikan dengan baik.

Kami mengucapkan terima kasih atas masukan yang diberikan dan senantiasa berupaya meningkatkan layanan kami.

Demikian kami sampaikan, terima kasih atas perhatian dan kerja samanya.

ESTI NUGRAHENI

Kepala Divisi Komunikasi dan Branding, PT Bank Maybank Indonesia

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 September 2017, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger