Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 11 September 2017

TAJUK RENCANA: Dinamika Politik Asia Timur (Kompas)

Hasil survei Gallup Korea yang menyatakan mayoritas warga tidak yakin perang di Semenanjung Korea akan terjadi menarik sekaligus melegakan.

Survei terakhir mengungkapkan, 58 persen responden melihat tak mungkin Korea Utara (Korut) memicu perang, dan hanya 37 persen responden yang berpikir bahwa perang akan dipicu oleh Pyongyang.

Hasil survei itu melegakan. Sebab, pada survei sebelumnya, 2007, hanya 45 persen responden yang memperkirakan perang tidak akan pecah. Sementara sebanyak 51 persen responden berpikiran Korut akan memicu perang. Yang berarti akan pecah Perang Korea II.

Hasil survei itu sesuai dengan usaha masyarakat dunia agar tidak pecah perang. Sejumlah negara terus berusaha mencari jalan untuk menyelesaikan masalah secara damai, sekalipun ada perbedaan sikap antara AS dan Rusia, misalnya, tentang bagaimana caranya meredam "gejolak darah muda" pemimpin Korut.

Kasus Korut hanyalah salah satu persoalan yang membuat kawasan Asia Timur dan Tenggara semakin dinamis, untuk tidak mengatakan semakin "panas karena persaingan" negara-negara besar. China, misalnya, yang telah menjadi kekuatan besar di kawasan, dan bahkan dunia, ingin menegaskan peran dan kehadirannya di kawasan. China ingin menjadi, katakanlah, pengganti AS, yang memang di zaman Presiden Donald Trump ini ingin lebih fokus mengurusi masalah-masalah dalam negeri.

Akan tetapi, usaha China tersebut menghadapi berbagai hambatan. AS yang sudah menyatakan ingin fokus urusan dalam negeri dan meninggalkan Asia tidak sepenuhnya seperti yang diharapkan China. AS justru ditarik-tarik oleh Korut-dengan ulahnya melakukan uji coba nuklir-untuk tetap hadir di kawasan Asia Timur dan Tenggara.

Tentu, "kenakalan" Korut tersebut menghambat usaha China untuk lebih berperan di kawasan karena AS masih hadir, dan bahkan berusaha hadir, karena kasus Korut. Pada saat yang bersamaan, pesaing tradisional China, yakni India dan Jepang, tidak juga berdiam diri saja. Mereka juga ingin ikut ambil bagian dan masuk ke kawasan Asia Timur dan Tenggara, yang kini semakin dinamis.

Dinamika di kawasan Asia Timur dan Tenggara seperti itu bukan tidak mungkin memberikan sumbangan bagi sulitnya menyelesaikan krisis Korea. Korut memanfaatkan situasi dengan terus "menggoda" dan "menantang" negara-negara besar dengan ulahnya. Sementara China, yang diharapkan akan mampu mengendalikan Korut, pun merasa terancam oleh langkah-langkah Korut.

Dalam situasi seperti itu, mampukah ASEAN berperan serta mencari solusi damai sehingga dinamika politik dan keamanan di kawasan akan memberikan sumbangan bagi terciptanya stabilitas bagi negara-negara ASEAN.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 September 2017, di halaman 6 dengan judul "Dinamika Politik Asia Timur".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger