Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 19 September 2017

TAJUK RENCANA: Komunikasi dan Latihan Militer (Kompas)

Di tengah perkembangan di sejumlah wilayah yang kurang kondusif, latihan militer bisa dianggap sebagai aksi simbolik yang sarat makna.

Pihak-pihak yang melaksanakan latihan diharapkan bisa mengomunikasikan aktivitasnya dengan pihak lain guna mencegah salah pengertian. Sekadar contoh, Agustus lalu, tatkala melaksanakan latihan militer gabungan dengan India, Rusia meyakinkan China bahwa latihan sama sekali tidak dimaksudkan untuk menarget China.

Kemarin kita membaca, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berupaya menjalin kembali komunikasi militer dengan Rusia terkait dengan dilangsungkannya latihan militer Rusia-Belarus (Kompas, 18/9). Ketua Komite Militer NATO Jenderal Petr Pavel mengatakan, komunikasi dengan Rusia diperlukan guna mencegah terjadinya insiden selama latihan berlangsung meski sebenarnya diakui tidak ada yang dikhawatirkan. Namun, Pavel menambahkan, di sisi lain ia menilai Rusia tidak transparan menyangkut latihan militer "Zapad 2017" yang berlangsung 14-20 September ini.

Ini latihan militer skala besar, menurut Rusia melibatkan 12.700 tentara, 70 pesawat udara, 250 tank, dan 10 kapal perang. Selain itu juga ditegaskan, NATO tidak dianggap sebagai musuh dan latihan tidak ditujukan terhadap NATO. Hanya saja Pavel mengatakan, Rusia menyembunyikan jumlah pasukan yang terlibat, yang sebenarnya diperkirakan mencapai 70.000-100.000 orang.

Dua pekan lalu, Pavel bertemu dengan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Rusia Jenderal Valery Gerasimov membahas soal transparansi dan pengurangan risiko untuk insiden yang tak diinginkan. Pavel juga menyampaikan kerisauannya atas pasukan di Laut Hitam, juga di wilayah Baltik, serta potensi insiden yang tinggi akibat kesalahan manusia atau teknologi.

Kita menangkap kesan, sebenarnya NATO ataupun Rusia masih punya niat baik untuk bersikap transparan dan komunikatif. Dari sisi Rusia, latihan tidak ditutup-tutupi, termasuk kekuatan militer yang terlibat. Memang Jenderal Pavel punya penilaian tersendiri atas jumlah pasukan yang terlibat. Namun, kita yakin, dengan komunikasi yang terus terang, kesalahpahaman dapat dikurangi.

Soal ini juga kita garis bawahi kepentingannya untuk kawasan Asia-Pasifik, yang dalam beberapa waktu terakhir dibuat tegang, khususnya oleh aktivitas uji coba rudal balistik dan bom nuklir Korea Utara. Bahkan, hal serupa juga bisa kita katakan saat aktivitas militer China di Laut China Selatan meningkat.

Dinamika politik bisa membuat latihan militer yang oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin dinilai rutin menjadi sesuatu yang simbolik dan tendensius. Karena itu pula, kita berharap komunikasi bisa terus dibuka.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 September 2017, di halaman 6 dengan judul "Komunikasi dan Latihan Militer".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger