Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 05 September 2017

TAJUK RENCANA: Korut Makin Mendekati Ambisinya (Kompas)

Rasa khawatir—dan penasaran— akan kemajuan program nuklir Korea Utara terjawab ketika dunia mendeteksi getaran gempa tak jauh dari Punggye-ri.

Badan Survei Geologi Amerika Serikat mencatat gempa bermagnitudo 6,3 di Punggye-ri, yang dikenal sebagai situs uji coba nuklir di timur Korut. Saat komunitas internasional menganalisis sumber gempa itu, kantor berita Korut, KCNA, mengklaim Pyongyang berhasil melakukan uji bom hidrogen, uji coba nuklir keenam sejak 2006.

Magnitudo getaran bisa menjadi indikasi bahwa bom yang diledakkan kali ini lebih kuat. Para pengamat bahkan memprediksi hingga 16 kali lebih kuat daripada uji coba terakhir, tahun lalu. Jika sesuai dengan klaim Korut, keberhasilan mereka meledakkan bom hidrogen adalah kemajuan yang tak bisa dipandang sebelah mata.

Berbeda dengan ledakan bom atom, yang adalah hasil reaksi fisi atau pemecahan inti atom, bom hidrogen mengandalkan reaksi fusi, penggabungan inti atom hidrogen yang mensyaratkan temperatur dan tekanan tinggi. Kondisi ini bisa terpenuhi dalam dua tahap, yakni reaksi fisi yang menghasilkan panas, disusul reaksi fusi yang melipatgandakan kekuatan ledakan.

Ada yang menyangsikan Korut bisa memproduksi bom hidrogen dan menyebut Pyongyang baru mencapai tahap menengah, yakni mengombinasikan sedikit gas termonuklir atau bahan bakar termonuklir padat dalam inti nuklir. Namun, apa pun itu, harus diakui Korut semakin dekat dengan ambisi mereka menjadi negara yang memiliki senjata nuklir.

Langkah berikut Korut, dalam hal ini apa yang diinginkan Kim Jong Un, pemimpinnya, itu yang sulit untuk diprediksi. Secara resmi, Korut menyatakan ingin diterima penuh sebagai anggota komunitas internasional, mengembangkan ekonomi sejalan dengan pengembangan program nuklir untuk pertahanan. Juga reunifikasi dengan Korea Selatan, berdasarkan persyaratan yang ditentukan Korut.

Namun, sulit untuk menerima penguasaan senjata nuklir hanya untuk kepentingan pertahanan. Apalagi, Korut juga mengembangkan rudal balistik antarbenua. Saat pengembangan rudal dan hulu ledak nuklir mencapai akhir, Korut menjadi ancaman bagi semua negara yang berada dalam jarak jangkau rudalnya.

Ancaman Korut bisa berarti AS harus menarik diri dari Asia Timur serta dari perjanjian militer melindungi Jepang dan Korsel karena Korut merasa terancam. Atau agar Kim Jong Un diakui setara dengan pemimpin negara besar dunia lainnya. Bisa juga sekadar ingin melanggengkan kekuasaan di dalam negeri dan mencegah siapa pun menggulingkan kepemimpinan dinasti Kim.

Terlepas dari itu, dunia perlu bertindak lebih cepat mencari cara menghentikan ambisi nuklir Korut, sebelum semuanya terlambat.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 September 2017, di halaman 6 dengan judul "Korut Makin Mendekati Ambisinya".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger