Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 15 September 2017

TAJUK RENCANA: Uni Eropa Lulus Ujian (Kompas)

Uni Eropa berada dalam momentum positif setelah melewati rangkaian krisis, seperti Brexit, serbuan migran ilegal, maraknya populisme, dan krisis ekonomi.

Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker, dalam pidato tahunan di depan Parlemen Eropa, Rabu (13/9), menyatakan pencapaian Uni Eropa yang positif setelah dilanda rangkaian krisis hebat dalam beberapa tahun terakhir. Juncker menyebut "angin kini sedang bertiup ke arah Eropa".

Jika kita menengok pidato Juncker di forum yang sama dua tahun lalu, apa yang dicapai oleh Uni Eropa saat ini tak terbayangkan pada waktu itu. Saat itu bahkan terpikir Uni Eropa akan bubar. Diawali dengan krisis ekonomi parah di Yunani dan Spanyol, diikuti krisis keamanan pasca pencaplokan Crimea oleh Rusia yang dibarengi dengan destabilisasi di Ukraina.

Perang di Suriah berdampak terhadap kedatangan gelombang pengungsi ke Eropa dari jalur laut dan darat. Fenomena ini menimbulkan gelombang perlawanan yang tak kalah keras di dalam negeri, dalam bentuk semangat populisme yang disalurkan lewat partai ekstrem kanan yang antimigran di seluruh Eropa.. Kedaulatan nasional dan identitas kebangsaan lebih penting daripada otoritas UE.

Puncak dari semua krisis adalah keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa. Saat itu, kepercayaan terhadap blok ini demikian rendah. Apalagi, kandidat presiden Amerika Serikat yang pro-Eropa, Hillary Clinton, kalah dari Donald Trump yang tak mendukung blok UE.

Uniknya, konstelasi politik internasional sejak kehadiran Trump justru menjadi "berkah" bagi soliditas Eropa. Gonjang-ganjing yang ditimbulkan kesembronoan Trump dengan kebijakannya yang populis, unilateral, proteksionis, dan menyulut konflik membuka mata rakyat Eropa. Satu per satu pemilu yang berlangsung di negara-negara yang memiliki partai ekstrem kanan yang kuat, seperti Austria, Belanda, dan Perancis, dimenangi oleh calon pro-Eropa.

Proses perceraian Brexit yang awalnya membuat UE kelabakan, lama-lama menunjukkan "kerugian" bakal lebih banyak terjadi di Inggris, khususnya soal akses ke pasar tunggal Eropa. Perjanjian dengan Turki dan kerja sama dengan Libya saat ini sudah menunjukkan hasil. Jumlah kedatangan migran bisa ditekan meski belum bisa dihentikan. Di sektor ekonomi, tahun ini semua negara anggota UE menunjukkan pertumbuhan.

Walaupun awalnya babak belur, pemimpin Eropa berhasil menjaga soliditas blok dan meraih kembali kepercayaan dari rakyatnya. Betul yang dikatakan Juncker, momentum ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menata UE menjadi lebih dirasakan manfaatnya oleh warga Eropa. Terlebih, tantangan keamanan, termasuk perang dan terorisme, terus membayangi.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 September 2017, di halaman 6 dengan judul "Uni Eropa Lulus Ujian".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger